Virus Corona
Studi CDC Ungkap Kelompok yang Berisiko Alami Long Covid setelah Sembuh dari Covid-19
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Amerika Serikat (CDC) mengeluarkan analisis yang mengungkap risiko pasien Covid-19 untuk mengalami long Covid.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Amerika Serikat (CDC) mengeluarkan analisis yang mengungkap risiko pasien Covid-19 untuk mengalami Long Covid.
Studi ini dilakukan dengan mengevaluasi 366 orang berusia 18 tahun ke atas yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Para pasien kemudian diwawancarai setidaknya 2 bulan setelah tes positif.
Baca juga: Di Amerika Serikat Long Covid Masuk dalam Kategori Disabilitas, Apa Konsekuensinya?
Baca juga: Peneliti AS-Australia Ungkap Data yang Kuatkan Teori Virus Penyebab Covid-19 Berasal dari China
Sepertiga dari pasien melaporkan setidaknya 1 gejala 2 bulan setelah tes diagnostik positif mereka.
Gejala yang paling umum termasuk kelelahan, kesulitan bernapas, dan anosmia (kehilangan penciuman) yang dilanjutkan dengan parosmia (gangguan penciuman).
Mereka menemukan bahwa kelompok yang paling rentan mengalami Long Covid adalah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan presentase 80 persen pasien di rumah sakit mengalami Long Covid.
Sedangkan untuk pasien yang menjalani perawatan di rumah atau isolasi mandiri presentase 5 persen mengalami Long Covid.
Namun, dari banyaknya jumlah pasien yang hanya di rawat di rumah, ini juga nampak mengkhawatirkan.
Mereka menemukan bahwa orang yang paling berisiko terkena long Covid di antaranya adalah orang di atas 40 tahun, wanita, orang kulit hitam, dan individu yang memiliki komorbid.
Baca juga: Studi Ungkap Obesitas Jadi Berpengaruh pada Kenaikan Angka Kematian Covid-19, Ini Alasannya
Hingga kini ada banyak hal yang dianggap bisa menyebabkan long Covid.
Pembekuan darah, kerusakan organ, masalah antibodi, hingga masalah kecemasan atau kesehatan mental.
Dr Albert Shaw, spesialis penyakit menular Yale Medicine, mengatakan bahwa meskipun pemahaman tentang long Covid masih dalam tahap awal, ada banyak kemungkinan mengapa orang mengembangkan sindrom tersebut.
“Mungkin ada virus penyebab Covid-19 yang persisten, atau mungkin bukan virus lengkap tetapi sebagian, di suatu tempat di dalam tubuh meskipun pemulihan dari infeksi akut dan virus ini menyebabkan sistem kekebalan terus diaktifkan,” kata Shaw.
Teori lain adalah ketika melawan Virus Corona, sistem kekebalan tubuh juga menghasilkan “autoantibodi” yang melawan protein normal dalam tubuh.
Karena gejalanya sangat beragam, termasuk sesak napas, kehilangan rasa dan penciuman, serta masalah memori dan konsentrasi.
Mungkin ada penjelasan lain di balik mengapa seseorang dalam kondisi yang sama bisa mengalami long Covid, dan yang lainnya tidak.
“Karena sebagian besar orang sepertiga dari orang yang disurvei dalam penelitian ini dapat mengalami long Covid, ini memberikan lebih banyak alasan bagi setiap orang untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap perkembangan COVID-19, seperti vaksinasi dan penggunaan masker di dalam ruangan,” kata Shaw.
Data dari studi lain juga memiliki hasil yang tidak jauh berbeda rata-rata disebutkan sekitar 30 persen pasien Covid-19 bisa mengalami long Covid.
Melengkapi data tersebut, sebuah studi observasional di Inggris melacak golongan yang paling berisiko mengalami long Covid dengan lebih spesifik.
Mereka mengungkap jika lansia mulai dari kelompok usia antara 50 hingga 69 merupakan yang paling banyak melaporkan mengalami long Covid.
Dilansir dari Fox News, dijelaskan jika temuan ini merupakan data dari Kantor Statistik Nasional diambil dari Survei Infeksi Coronavirus yang dirilis pada Kamis (16/9/2021).
Temuan ini juga disebut sebagai survei reguler terbesar infeksi dan antibodi Covid-19 di Inggris.
Analisis berasal dari 26 ribu peserta yang dites positif Covid-19 di Inggris.
Mereka kemudia ditanya dalam beberapa pertanyaan serial tentang apakah mereka mengalami salah satu dari 12 gejala long Covid.
Mereka juga diobservasi pada interval mingguan, dan kemudian, bulanan hingga satu tahun.
Serangkaian gejala termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, kelemahan atau kelelahan, mual atau muntah, sakit perut, diare, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas, kehilangan rasa, dan kehilangan penciuman.
Peserta kemudian dicocokkan dengan kelompok kontrol untuk mengambil perbandingan.
Secara keseluruhan, data dari akhir April hingga Agustus, 1 dari 20 dari sekitar 12.611 peserta melaporkan mengalami salah satu dari 12 gejala pada 12 hingga 16 minggu setelah infeksi.
Hasil ini dilaporkan lebih tinggi secara statistik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Perincian berdasarkan usia melihat orang dewasa 50-69 melaporkan tingkat tertinggi gejala yang bertahan lama.
Dengan 12,5 persen melaporkan gejala 4-8 minggu pasca infeksi, dan 5,8 persen melaporkan gejala 12-16 minggu setelah infeksi.
Sementara itu, peserta yang lebih muda berusia 2-11 dan 12-16 melihat tingkat pelaporan gejala terendah pada 12-16 minggu.
Masing-masing sebesar 3,2% dan 3%.
Hasil tambahan menunjukkan prevalensi long Covid yang sedikit lebih tinggi dilaporkan di antara wanita dibandingkan dengan pria (masing-masing 5,4% versus 4,5%) pada 12-16 minggu.
Dan di antara orang-orang dengan komorbid dibandingkan mereka yang tidak memiliki komorbid yaitu 7,4% dan 4,5%.
Penelitian ini memiliki keterbatasan karena sifatnya yang observasional, dan ketergantungan pada data yang dilaporkan sendiri.
Artinya gejala pasien tidak diperhatikan secara langsung oleh peneliti.
"Karena sifat pengamatan dari analisis ini, tidak mungkin untuk mengatakan dengan pasti apakah gejala yang dilaporkan setelah tes positif untuk Covid-19 atau sesuatu yang lain," catat para penulis. (TribunWow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya