Virus Corona
Gumpalan Darah Mikro Juga Dianggap Sebabkan Long Covid dan Mungkin Terjadi saat Isolasi Mandiri
Ada berbagai hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti kerusakan organ, kecemasan, dan masalah infeksi itu sendiri.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Setelah dua tahun pandemi Covid-19, terjadinya long Covid masih menjadi misteri di dunia medis.
Ada berbagai hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti kerusakan organ, kecemasan, dan masalah infeksi itu sendiri.
Kini, adanya gumpalan darah mikro di dalam tubuh juga disebut bisa menyebabkan pasien Covid-19 mengalami long Covid.
Baca juga: Perhatikan! Ini Daftar yang Perlu dan Jangan Dilakukan setelah Mendapat Vaksin Covid-19
Baca juga: Dokter Ini Beri Tips Mudah Atasi Nyeri Tenggorokan, Bisa untuk Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri
Dilansir dari Scitechdaily, Temuan ini ditunjukkan oleh Prof Resia Pretorius, seorang peneliti di Departemen Ilmu Fisiologi di Universitas Stellenbosch (SU).
Dia mulai melihat gumpalan mikro dan kandungan molekulnya dalam sampel darah dari individu dengan long Covid.
Temuan ini telah ditinjau sejawat dan diterbitkan dalam jurnal Cardiovascular Diabetology pada Agustus 2021.
“Kami menemukan tingkat tinggi berbagai molekul inflamasi yang terperangkap dalam gumpalan mikro yang ada dalam darah individu dengan long Covid. Beberapa molekul yang terperangkap mengandung protein pembekuan seperti fibrinogen, serta alfa(2)-antiplasmin,” jelas Prof Pretorius.
Untuk diketahui, alfa(2)-antiplasmin adalah molekul yang mencegah pemecahan bekuan darah, sedangkan fibrinogen adalah protein pembekuan utama.
Dalam kondisi normal, sistem plasmin-antiplasmin tubuh mempertahankan keseimbangan yang baik antara pembekuan darah, proses di mana darah mengental dan menggumpal untuk mencegah kehilangan darah setelah cedera.
Dan fibrinolisis, proses memecah fibrin dalam darah yang terkoagulasi untuk mencegah darah gumpalan dari pembentukan.
Baca juga: Pil Pertama untuk Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri, Pakar Indonesia Jelaskan soal Molnupiravir
Kemudian dengan tingkat alfa(2)-antiplasmin yang tinggi dalam darah pasien Covid-19 dan individu yang menderita long Covid, kemampuan tubuh untuk memecah gumpalan menjadi terhambat secara signifikan.
Dr Mare Vlok, seorang analis senior di Unit Spektrometri Massa di Fasilitas Analisis Pusat SU, mencoba menjelaskan masalah ini.
Menurutnya, ketidaklarutan gumpalan mikro menjadi jelas ketika mencatat bahwa sampel plasma darah dari individu dengan Covid akut dan long Covid terus menyimpan pelet yang tidak larut di bagian bawah tabung setelah pengenceran.
Sayangnya belum jelas bagaimana tingkat risiko pada pasien yang bergejala ringan.
Dia memperingatkan Prof Pretorius tentang pengamatan ini dan menyebut akan menyelidikinya lebih lanjut.
Mereka sekarang adalah kelompok penelitian pertama yang melaporkan menemukan gumpalan mikro dalam sampel darah dari individu dengan long Covid.
Mereka menggunakan mikroskop fluoresensi dan analisis proteomik, sehingga memecahkan teka-teki lain yang terkait dengan penyakit ini.
Dalam studi tersebut, tim menulis bahwa yang menarik adalah kehadiran simultan dari gumpalan mikro anomali persisten dan sistem fibrinolitik patologis.
Pada dasarnya, mereka percaya bahwa keseimbangan pembekuan dan tidak pembekuan bisa menjadi kunci untuk mencari tahu mengapa long Covid terjadi.
Informasi tersebut juga akan menciptakan gambaran yang lebih lengkap tentang mengapa pasien Covid-19 juga lebih mungkin mengalami pembekuan yang mematikan dan tingkat ringan.
Tim yang berbeda menemukan bukti kuat bahwa Covid-19 meningkatkan risiko pembekuan lengan untuk pasien.
Dalam beberapa kasus, pasien berada pada peningkatan risiko serangan jantung, stroke atau kegagalan organ ketika gumpalan darah menyumbat arteri utama ke organ vital.
1 dari 3 Orang Alami Long Covid
Sebelumnya, sebuah penelitian yang cukup besar mengungkapkan skala long Covid-19, dengan gejala yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan tingkat keparahan infeksi.
Dalam studi tersebut dinyatakan bahwa 1 dari 3 openyintas Covid-19 kemungkinan akan mengalami long Covid.
Ini sejalan dengan berbagai studi lain yag juga menunjukkan angka yang sama.
Dilansir dari The Guardian, penelitian ini dilakukan oleh para peeliti di Universitas Oxford Inggris, Institut Nasional untuk Penelitian Kesehatan (NIHR) dan Pusat Penelitian Biomedis Kesehatan Oxford (BRC).
Mereka telah menjelaskan skala masalah setelah mempelajari lebih dari 270 ribu orang yang pulih dari infeksi Covid-19 di Amerika Serikat.
Para peneliti menemukan 37 persen pasien memiliki setidaknya satu gejala long Covid.
Gejala yang dialami didiagnosis berkisar antara tiga hingga enam bulan setelah masa infeksi akut.
Gejala yang paling umum adalah masalah pernapasan, gejala perut, kelelahan, nyeri dan kecemasan atau depresi.
“Hasilnya mengkonfirmasi bahwa sebagian besar orang, dari segala usia, dapat dipengaruhi oleh berbagai gejala dan kesulitan dalam enam bulan setelah infeksi Covid-19,” kata rekan klinis akademik NIHR Dr Max Taquet.
“Lebih dari sepertiga pasien didiagnosis dengan setidaknya satu dari gejala Covid-19 yang panjang antara tiga dan enam bulan setelah penyakit Covid-19 mereka.”
Tingkat keparahan infeksi, usia, dan jenis kelamin juga disebut memengaruhi faktor kemungkinan mengalami long Covid.
Gejala long Covid lebih sering terjadi pada mereka yang dirawat di rumah sakit, dan sedikit lebih umum pada wanita.
Studi ini juga telah diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine.
Faktor yang berbeda juga mempengaruhi gejala mana yang paling mungkin dialami orang.
Misalnya, orang tua dan pria lebih banyak mengalami kesulitan bernapas dan masalah kognitif, sedangkan orang muda dan wanita lebih banyak mengalami sakit kepala, gejala perut, dan kecemasan atau depresi.
Pasien Covid yang dirawat di rumah sakit lebih mungkin menderita masalah kognitif seperti kabut otak dan kelelahan dibandingkan dengan orang yang menjalani isolasi mandiri.
Orang yang tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih mungkin mengalami sakit kepala daripada mereka yang harus dirawat.
Dalam studi ini, gejala yang paling sering terjadi bukan lagi fatigue atau kelelahan, melainkan kecemasan.
Berikut urutan gejala yang sering dialami pasien long Covid berdasarkan riset tersebut:
1. Kecemasan atau depresi 15 persen
2. Pernapasan tidak normal 8 persen
3. Gejala perut 8 persen
4. Nyeri dada atau tenggorokan 6 persen
5. Kelelahan 6 persen
6. Sakit kepala 5 persen
7. Masalah kognitif (kabut otak) 4 persen
8. Mialgia (nyeri otot) 1,5 persen
9. Nyeri lainnya 7 persen
(Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya