Terkini Internasional
Alami Pertumbuhan Penduduk Terlambat, China Kini Batasi Tindakan Aborsi Tujuan Non-Medis
China sempat larang punya banyak anak, kini justru umumkan pedoman baru untuk batasi jumlah aborsi non-medis setelah pertumbuhan penduduk melambat.
Penulis: Alma Dyani Putri
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM – China menerbitkan aturan baru untuk membatasi jumlah aborsi yang dilakukan untuk tujuan non-medis pada Senin (27/9/2021).
Dilansir dari Al Jazeera, dewan negara, kabinet China memberlakukan langkah-langkah ketat yang bertujuan untuk mencegah aborsi.
Meskipun China tetap menjadi negara terpadat di dunia, sensus terakhir menunjukkan pertumbuhan penduduk dari 2011 hingga 2020 adalah yang paling lambat sejak 1950-an.

Baca juga: Kontes Bangunan Terjelek di China, Mulai Boneka Raksasa 72 Meter hingga Jembatan Sambutan ke Neraka
Baca juga: Media Partai Komunis Minta China Atur Iklan Operasi Kecantikan yang Klaim Bisa Ubah Nasib
Negara itu bertahun-tahun mencoba membatasi masalah pertumbuhan penduduk, setelah sejak 1976 sempat memberlakukan kebijakan satu anak yang diakhiri lima tahun lalu.
Kini, Beijing menjanjikan kebijakan baru yang bertujuan mendorong keluarga untuk bisa memiliki lebih banyak anak.
Otoritas kesehatan di China memperingatkan pada tahun 2018 bahwa penggunaan aborsi untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan, sifatnya berbahaya bagi tubuh wanita.
Tindakan itu berisiko menyebabkan kemandulan.
Dewan Negara mengatakan pedoman baru akan bertujuan untuk meningkatkan akses perempuan ke layanan kesehatan pra-kehamilan.
Data Komisi Kesehatan Nasional menunjukkan antara 2014 dan 2018, telah terjadi rata-rata 9,7 juta aborsi per tahun.
Jumlah itu mengalami kenaikan 51 persen dari rata-rata tahun 2009 hingga 2013, meskipun sempat ada relaksasi kebijakan keluarga berencana pada 2015 lalu.
Namun, data itu tidak memberikan rincian secara jelas, berapa jumlah aborsi yang dilakukan untuk alasan medis dan non-medis.
Lembaga think tank China dan peneliti kebijakan telah mengidentifikasi penurunan tingkat kelahiran, sebagai satu di antara tantangan kebijakan sosial utama di negara itu dalam beberapa tahun mendatang.
Belum jelas apakah langkah-langkah baru yang diumumkan Dewan Negara memang ditujukan untuk mengatasi penurunan tingkat kelahiran di China yang diperkirakan pertumbuhannya akan semakin melambat.
Kebijakan baru untuk mengurangi beban keuangan dalam membesarkan anak juga sedang diperkenalkan.
Berdasarkan laporan think tank China pada 2005, sebuah keluarga membutuhkan lebih dari Rp 1 miliar untuk membesarkan anak.
Baca juga: Hari Pertama Masuk Sekolah, Siswa di China Pelajari Kurikulum Baru ala Xi Jinping
Baca juga: Ingin Kurangi Beban Siswa, China Atur Jumlah Ujian Tertulis dan Pekerjaan Rumah