Breaking News:

Virus Corona

Setelah Isolasi Mandiri, CDC Laporkan 1 dari 3 Orang Dewasa Alami Long Covid, Paling Banyak Wanita

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) mengabarkan jika sepertiga penyintas Covid-19 akan mengalami long Covid. 

Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Tiffany Marantika Dewi
KOMPAS.com/ALWI
Ilustrasi Petugas kesehatan Indramayu, Jawa Barat, saat melakukan swab masal Covid-19 di Sport Center, Indramayu. Swab ini dilakukan pada Rabu (17/7/2020). CDC sebut 1 dari 3 orang bisa alami long Covid. 

TRIBUNWOW.COM - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (CDC) mengabarkan jika sepertiga penyintas Covid-19 akan mengalami long Covid. 

Long Covid merupakan fenomena di mana pasien akan mengalami gejala selama lebih dari empat minggu. 

Masalah kesehatan seperti itu dapat berlanjut, kembali, atau bahkan baru yang tidak muncul pertama kali.

Baca juga: Selain Aman Dikonsumsi saat Isolasi Mandiri, Kopi Disebut Berpotensi Cegah Covid-19 oleh Pakar UGM

Baca juga: Tips Isolasi Mandiri Covid-19: Tak Hanya untuk Paru-paru, Ini 7 Manfaat Kesehatan Latihan Pernapasan

Long Covid juga belum bisa dijelaskan secara pasti seperti siapa yang paling berisiko dan mengapa gejala bisa bertahan sangat lama pada sebagian orang.

Belum ada penelitian yang cukup tentang long Covid dalam hal ini.

Dilansir dari Forbes, Minggu (19/9/2021), dijelaskan jika CDC melakukan analisa dalam laporan Mortality and Morbidity Weekly Report (MMWR).

Sebuah survei terhadap warga Long Beach yang dites positif mengidap sindrom pernafasan akut parah saat terinfeksi Covid-19 mengungkapkan bahwa sekitar sepertiga masih memiliki masalah kesehatan dua bulan kemudian.

Untuk studi MMWR, mereka secara acak memilih sekitar tiga persen dari 29.594 warga Long Beach (18 tahun ke atas) yang memiliki tes PCR positif Covid-19 dari 1 April hingga 10 Desember 2020.

Ini berjumlah 791 yang kemudian dihubungi untuk wawancara lanjutan dengan 366 yang akhirnya diwawancarai.

Sampel ini memiliki persentase lebih besar dari orang-orang dalam rentang usia 25 hingga 39 tahun.

Sebelum diagnosis Covid-19 awal mereka, hampir setengah (46%) dari peserta memiliki setidaknya satu komorbid yang sudah ada sebelumnya.

Hasilnya, Covid-19 telah menyebabkan rawat inap 19 atau 5% dari peserta.

Infeksi Covid-19 pada awalnya menyebabkan rata-rata 5,26 gejala berbeda dengan 92,3 persen menderita setidaknya satu gejala selama masa infeksi awal Covid-19.

Baca juga: Gejala Covid-19 Datang Bertahap saat Isolasi Mandiri, Ini Urutan yang Sering Terjadi Menurut Studi

Dua bulan setelah hasil tes awal positif Covid, 35,0 persen dilaporkan masih memiliki gejala yang persisten.

Mereka memiliki rata-rata 1,30 gejala dengan yang paling umum adalah kelelahan (16,9%), kehilangan rasa (12,8%), masalah penciuman (12,6%), sesak napas (12,8%), dan nyeri otot atau sendi (10,9%).

Dari orang-orang yang masih memiliki gejala dua bulan kemudian, 55,5 persen awalnya memiliki gejala Covid-19 yang parah atau kritis, 52,6% gejala sedang, 29% gejala ringan, dan 3,7% merupakan orang tanpa gejala.

Kemudian, ketika mereka diwawancara setelah lebih dari dua bulan, 31,4 persen dilaporkan masih menderita gejala, dengan kelelahan (13,7%), sesak napas (10,4 persen). %), dan masalah penciuman (9,6%) menjadi yang paling umum.

Jika dikategorikan berdasarkan populasi akan diketahui jika wanita 2,83 kali lebih mungkin daripada pria untuk mengalami gejala lebih dari dua bulan.

Mereka yang memiliki setidaknya satu komorbid 2,17 lebih mungkin daripada mereka yang tidak.

Dan mereka yang berusia 40 hingga 54 tahun 1,86 lebih mungkin daripada mereka yang berusia 25 hingga 39 tahun.

Juga, rata-rata, wanita melaporkan gejala 2,13 kali lebih banyak daripada pria, mereka yang memiliki kondisi sebelumnya 1,96 kali lebih banyak daripada mereka yang tidak, mereka yang berusia 40 tahun ke atas 1,73. 

Sayangnya penelitian ini tidak menjelaskan bagaimana peran vaksinasi dalam terjadinya fenomena long Covid. 

Setelah terdapat studi yang menyatakan jika vaksin Covid-19 bisa mencegah risko long Covid secara signifikan dengan penurunan risiko sebesar 50 persen. 

Kemudian, studi tersebut juga menyebut keterbatasan lain penelitian seperti hanya mensurvei sampel orang dan tidak semua orang yang dites positif virus.

Namun, ini dikatakan bukanlah studi pertama yang menunjukkan prevalensi long Covid yang cukup tinggi.

Sebuah tinjauan sistematis yang diterbitkan dalam International Journal of Clinical Practice mengidentifikasi 25 studi observasional yang mencakup total 5440 peserta.

Secara umum, hasil yang disampaikan studi ini dengan yang dilaporkan CDC kurang lebih sama.

Dalam studi ini, prevalensi Covid panjang berkisar antara 4,7% hingga 80%, dengan nyeri dada (hingga 89%), kelelahan (hingga 65%), dispnea (hingga 61%), dan batuk dan produksi sputum ( hingga 59%) menjadi gejala yang paling umum. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
isolasi mandiriCovid-19Virus CoronaLong CovidAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved