Virus Corona
Seusai Isoman, Beberapa Gejala Bisa Bertahan hingga Setahun Lebih sejak Terpapar Covid-19, Apa Saja?
Studi mengungkap jika setengah dari seluruh penyintas Covid-19 dewasa setidaknya memiliki gejala yang bertahan hingga lebih dari satu tahun
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Para peneliti di Capital Medical University di Beijing, China mengungkap jika setengah dari seluruh penyintas Covid-19 dewasa setidaknya memiliki gejala yang bertahan hingga lebih dari satu tahun.
Ada beberapa gejala yang diketahui bisa bertahan bahkans setelah pasien sembuh cukup lama.
"Temuan kami menunjukkan bahwa pemulihan untuk beberapa pasien akan memakan waktu lebih lama dari satu tahun, dan ini harus diperhitungkan ketika merencanakan pemberian layanan kesehatan pasca-pandemi," kata Bin Cao, MD, dari Pusat Nasional untuk Pengobatan Pernafasan di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang, dikutip dari situs Center for Infectious Diseas Reseach and Policy (CIDRAP), Sabtu (27/8/2021).
Riset tersebut memiliki sampel sebanyak 1.276 orang dewasa yang selamat dari Covid-19 di Wuhan, China, tempat pertama kali dilaporkannya Virus Corona.
Baca juga: Mayoritas Hanya Perlu Isoman, Tetap Waspadai Covid-19 pada Anak dan Kenali Gejala yang Biasa Dialami
Hasilnya sebanyak 50 persen atau setengahnya dilaporkan masih memiliki setidaknya satu gejala.
Sepertiga masih melaporkan sesak napas setahun setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Penelitian itu juga dipublikasi di jurnal terbaru The Lancet.
Penelitian ini dilakukan dengan cara evaluasi dan wawancara para penyintas Covid-19 dari 6 dan 12 bulan setelah timbulnya gejala.
Tepatnya pasien Covid yang terkonfirmasi pada 7 Januari hingga 29 Mei 2020.
Usia rata-rata adalah 59 tahun, 53% adalah laki-laki, dan median waktu tindak lanjut adalah 185 hari untuk kunjungan pertama dan 349 untuk kunjungan kedua.
Baca juga: Jelang PTM, Wamenkes Sebut Kasus Positif dan Kematian Anak Covid-19 Meningkat, Apa Penyebabnya?
Masalah Jantung, Pernapasan, Kesehatan Mental
Pada 6 bulan, 68% pasien masih memiliki setidaknya satu gejala Covid-19 yang cukup kuat dirasakan seperti, masalah tidur, jantung berdebar, nyeri sendi, nyeri dada.
Itu turun menjadi 49% pada 12 bulan, tetapi proporsi pasien dengan sesak napas sedikit meningkat selama periode itu, dari 26% menjadi 30%.
Pasien yang mengalami kecemasan atau depresi juga malah meningkat pada 12 bulan dibandingkan pada 6 bulan.
Pada bulan ke-6, 353 peserta studi melakukan CT scan pada dada.
Baca juga: Agar Tak Terpapar saat Ada yang Isolasi Mandiri di Rumah, Pahami Cara Penularan Covid-19
Hasilnya 52,7% menunjukkan kelainan paru-paru.
Di antara 118 pasien yang menyelesaikan pemindaian 12 bulan, proporsi pasien dengan kelainan para paru-paru meturun secara signifikan.
Sayangnya hanya 13 persen yang dinyatakan sembuh.
Pada 12 bulan, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit melaporkan lebih banyak masalah seperti rasa sakit atau ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas, dan kecemasan atau depresi.
Di antara 479 pasien yang bekerja sebelum mereka memiliki Covid-19, 88% telah kembali bekerja pada 12 bulan.
Dari 12% yang tidak kembali bekerja, 32% menyebutkan penurunan fungsi fisik, 25% mengatakan tidak mau melakukan pekerjaan yang sama, dan 18% karena menerima tunjangan prakerja.
Para penulis mencatat bahwa status kesehatan penyintas Covid-19 lebih rendah daripada penyintas pada umumnya pada 6 dan 12 bulan.
"Kami menemukan bahwa sebagian besar pasien memiliki pemulihan fisik dan fungsional yang baik selama masa tindak lanjut, dan sebagian besar peserta penelitian yang bekerja sebelum Covid-19 telah kembali ke pekerjaan semula," tulis mereka.
"Namun, gejala sisa, gangguan difusi paru-paru, dan kelainan radiografi bertahan hingga 12 bulan pada beberapa pasien, terutama pada pasien yang sakit kritis selama tinggal di rumah sakit."
Itu artinya masih ada kemungkinan penyintas Covid menyalami gejala berkepanjangan meski mereka tidak dirawat di rumah sakit.
Dewan redaksi The Lancet mengatakan bahwa penelitian tersebut menyoroti perlunya layanan kesehatan yang lebih kuat untuk pasien long Covid.
"Pertama, hanya 0,4 pasien Covid-19 yang mengatakan telah mengikuti program rehabilitasi profesional," tulis mereka.
"Alasan rendahnya penggunaan layanan rehabilitasi tidak jelas, tetapi pengenalan yang buruk terhadap long Covid dan kurangnya jalur rujukan yang jelas telah menjadi masalah umum di seluruh dunia."
Kedua, kata mereka, penelitian sangat dibutuhkan tentang efek kesehatan mental dari long Covid dan gejala persisten pada pasien lain.
Terutama kelompok yang mengalami gejala ringan tetapi mengalami long Covid.
Seperti mereka yang tidak dirawat di rumah sakit, kelompok usia yang lebih muda, dan ras minoritas dan kelompok kurang beruntung lainnya yang terkena dampak pandemi secara tidak proporsional. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)
Baca Artikel Terkait Covid-19 Lainnya