Breaking News:

Terkini Internasional

Segera Longgarkan Pembatasan, Singapura Bersiap Hidup-Mati Berdampingan dengan Covid-19

Singapura sebagai negara yang dirasa berhasil menanggulangi Covid-19, berniat untuk kembali membuka jalur bisnisnya.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
KOMPAS.com/ERICSSEN
Asisten Rumah Tangga (ART) terlihat menggelar tikar berpiknik di Taman Merlion, Marina Bay dengan jumlah maksimum 2 orang pada hari pertama pemberlakuan lockdown parsial Singapura (16/5/2021). Singapura bersiap hidup berdampingan dengan Covid-19. 

TRIBUNWOW.COM- Singapura sebagai negara yang dirasa berhasil menanggulangi Covid-19, berniat untuk kembali membuka jalur bisnisnya.

Termasuk sebagai negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Singapura mempersiapkan diri untuk hidup dengan Virus Corona dan menganggapnya seperti penyakit umum lainnya.

Ada kemungkinan bahwa penduduk nantinya akan melihat ratusan kematian akibat Covid-19.

MRT Singapura yang sedang melintas di distrik Dhoby Ghaut, Singapura Tengah terlihat lenggang pada hari pertama pemberlakuan lockdown parsial (16/5/2021).
MRT Singapura yang sedang melintas di distrik Dhoby Ghaut, Singapura Tengah terlihat lenggang pada hari pertama pemberlakuan lockdown parsial (16/5/2021). (KOMPAS.com/ERICSSEN)

Baca juga: Singapura Lockdown Lagi setelah Sempat Ingin Berdampingan dengan Covid-19, Kenapa?

Baca juga: Singapura Lockdown Kedua, Dilarang Main Alat Musik Tiup hingga Maksimal Terima 2 Tamu per Hari

Namun, hal tersebut tak jauh beda dengan penyakit flu, yang hanya dianggap sebagai penyakit endemik biasa.

Dilansir Reuters, Selasa (17/8/2021), presiden Masyarakat Mikrobiologi Klinis dan Infeksi Asia Pasifik, Paul Tambyah, mengatakan kematian akibat suatu penyakit tak bisa serta merta dihindari.

Kecuali jika Covid-19 bisa dihilangkan seperti halnya penyakit cacar.

"Satu-satunya cara agar tidak ada kematian akibat penyakit di mana pun di dunia adalah dengan menghilangkan penyakit itu sama sekali dan itu hanya dilakukan untuk cacar," kata Paul Tambyah.

Sejak wabah dimulai pada awal Januari 2020, Singapura melaporkan hanya ada 44 kematian akibat Covid-19.

Padahal, pada tahun-tahun biasa, kematian akibat penyakit terkait flu bisa mencapai hingga 800 orang.

"Walaupun gagasan tentang ratusan kematian akibat COVID tampaknya mengejutkan dibandingkan dengan kematian sejauh ini dan layak dilakukan upaya pencegahan, itu setara dengan influenza, yang hampir tidak dipedulikan masyarakat," kata Alex Cook, pakar pemodelan penyakit menular di National Universitas Singapura (NUS).

Baca juga: Sosok Pasutri Terduga Teroris di Malang, Ngaku Manajer hingga Sering Edarkan Kotak Amal di Toko-toko

Ia menambahkan bahwa sebanyak 1.000 mungkin meninggal dalam satu atau dua tahun ke depan jika vaksinasi di kalangan orang tua tidak membaik.

Diperkirkan bahwa sebagian besar kematian akan terjadi di antara mereka yang berada dalam kelompok usia tertua, yang tetap tidak divaksinasi meskipun memenuhi syarat.

Menurut Menteri Kesehatan, Ong Ye Kung, masyarakat harus siap secara psikologis bila jumlah kematian akibat Covid-19 meningkat ketika ekonomi sudah dibuka.

Adapun setelah target vaksinasi mencapai 80% di bulang September, Singapura akan melonggarkan lebih banyak pembatasan.

Pada 16 Agustus, 80% dari mereka yang berusia 70 tahun ke atas telah divaksinasi lengkap, dan yang berusia 60-69 tahun mencapai 88%.

Halaman
12
Tags:
Covid-19Virus CoronaSingapuraPandemiVaksinasiFlu
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved