Virus Corona
Potensi Disfungsi Kognitif pada Long Covid-19, Tak Hanya Gejala Berat, Pasien Isoman Juga Bisa Kena
Pasien Covid-19 masih bisa mengalami gejala meski usai menjalani isolasi mandiri (isoman) atau dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Penulis: Afzal Nur Iman
Editor: Atri Wahyu Mukti
“Dengan lebih dari 190 juta kasus dan hampir 4 juta kematian di seluruh dunia, Covid-19 telah menghancurkan seluruh dunia."
"Sangat penting bagi kita untuk terus mempelajari apa yang dilakukan virus ini terhadap tubuh dan otak kita. Asosiasi Alzheimer dan mitranya memimpin, tetapi diperlukan lebih banyak penelitian.”
Gabriel de Erausquin, MD, Ph.D., M.Sc., yang merupakan peneliti University of Texas Health Science Center di San Antonio Long School of Medicine, melaporkan penelitiannya.
Timnya mempelajari kognisi dan indra penciuman hampir 300 orang Amerika dewasa yang lebih tua dari Argentina yang memiliki Covid-19.
Peserta diobservasi dan dipelajari dalam rentan waktu antara tiga dan enam bulan setelah infeksi Covid-19.
Lebih dari separuh menunjukkan masalah terus-menerus seperti menjadi lebih sering lupa.
Sekitar satu dari empat memiliki masalah tambahan dengan kognisi termasuk bahasa dan disfungsi eksekutif.
Masalah tersebut dinilai berkaitan dengan kehilangan indera penciuman secara terus menerus.
Dan hal itu mungkin tidak ada hubungan dengan tingkat keparahan penyakit Covid-19.
Artinya semua pasien Covid-19 baik gejala ringan dan gejala berat sama-sama memiliki potensi.
“Kami mulai melihat hubungan yang jelas antara Covid-19 dan masalah dengan kognisi beberapa bulan setelah infeksi,” kata Erausquin.
“Sangat penting kami terus mempelajari populasi ini, dan yang lainnya di seluruh dunia, untuk jangka waktu yang lebih lama untuk lebih memahami dampak neurologis jangka panjang dari Covid-19.”
Selain penurunan disfungsi kognitif, ditemukan juga penanda biologis tertentu dalam darah yang merupakan indikator cedera di otak, peradangan saraf, dan penyakit Alzheimer.
Untuk mempelajari hal tersebut Thomas Wisniewski, MD, seorang profesor neurologi, patologi dan psikiatri di New York University Grossman School of Medicine, dan rekannya mengambil sampel plasma dari 310 pasien yang dirawat di New York.
158 pasien memiliki gejala neurologis dan 152 tanpa gejala neurologis.