Isu Kudeta Partai Demokrat
Hendri Satrio Sebut Moeldoko Tak akan Bisa Besarkan Demokrat Tanpa SBY: Jangka Pendek untuk 2024
Dualisme kepemimpinan Partai Demokrat menjadi nyata setelah digelarnya kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Mohamad Yoenus
"Sekarang kondisinya sudah sangat berbeda, Pak Moeldoko harus mempertanggungjawabkan apa yang dia lakukan, yang terberat itu ke Presiden," terang dia.
"Kemudian ke kolega, menteri-menteri yang lain dan ke partai-partai politik lain."
"Kalau ini berhasil, berarti partai-partai politik lain bisa diginiin. Jadi ada was-was juga dari partai politik lain dengan apa yang dilakukan oleh Pak Moeldoko," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 12.54:
AHY: KSP Moeldoko Tak Mencintai, tapi Ingin Memiliki Demokrat
Di sisi lain, sebelumnya, Ketua Umum Partai Demomrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyindir Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko.
Dilansir TribunWow.com, AHY menyebut Moeldoko adalah orang yang hanya ingin memiliki Partai Demokrat.
Seperti diketahui, Moeldoko terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi Konferensi Luar Biasa (KLB) di Deliserdang, Sumatera Utara.
Baca juga: Ini Penjelasan AHY Tetap Ketum Demokrat meski Versi KLB Pilih Moeldoko, Ternyata Menyangkut Hukum
Terpilihnya Moeldoko mengakibatkan dualisme kepemimpinan Partai Demokrat.
Pasalnya, hingga kini AHY juga masih menjabat sebagai ketua umum.
Terkait hal itu, AHY lantas mengajak seluruh pengurus Partai Demokrat se-Indonesia berkumpul meski lewat panggilan video.
Dalam pidatonya, AHY menyinggung pihak-pihak yang berpura-pura mencintai Partai Demokrat.
"Mudah sekali keluar masuk partai, mudah sekali meninggalkan kita," ucap AHY, dikutip dari kanal YouTube Kompas TV, Minggu (7/3/2021).
"Saat kita naik mereka kembali seolah-olah mencintai Partai Demokrat."
"Saya ulangi, seolah-olah mencintai," sambungnya.
Baca juga: Reaksi Mahfud MD Ditanya Sah Tidaknya KLB Demokrat yang Pilih Moeldoko Jadi Ketum: AHY Masih Resmi