Pilpres 2024
Pemilih Prabowo Menyebar ke Anies dan Sandi, LSI Prediksi 2024 Ada Lebih dari 2 Pasangan
Memperhitungkan sejumlah faktor yang ada, Lembaga Survei Indonesia memperkirakan akan ada lebih dari dua pasangan pada Pilpres 2024 nanti.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Meskipun ajang pemilihan presiden RI masih di tahun 2024, pembicaraan mengenai kandidat calon presiden (capres) sudah kerap menjadi bahan diskusi publik.
Bahkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) telah merilis tingkat elektabilitas sejumlah tokoh nasional yang saat ini paling tinggi adalah Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.
LSI juga memperkirakan pada tahun 2024 nanti akan ada lebih dari dua pasangan capres dan cawapres.

Baca juga: Menganggap Wajar Elektabilitas Prabowo Subianto Tertinggi, Refly Harun Sebut Hanya Kalah dari Jokowi
Baca juga: Gerindra Tak Menampik Kemungkinan Prabowo dan Puan Bergabung di Pilpres 2024: Bisa Terjadi
Hal itu dinyatakan oleh Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan, pada acara SAPA INDONESIA MALAM Kompastv, Selasa (23/2/2021).
Mulanya Djayadi menjelaskan sekilas soal pertimbangan partai untuk berkoalisi di 2024 nanti.
Faktor tersebut di antaranya adalah elektabilitas, presidential threshold, hingga alasan lain.
Djayadi mencontohkan alasan lain itu termasuk perjanjian Batu Tulis antara PDIP dan Gerindra.
Meskipun hasil survei menunjukkan Prabowo tertinggi, LSI menegaskan hasil survei itu masih cair atau masih dapat berubah.
"Yang kami temukan di lapangan, ada nama-nama yang konsisten masuk tiga besar, lima besar, atau 10 besar," ungkap Djayadi.
Djayadi mengatakan, apabila mempertimbangkan presidential threshold dan elektabilitas para tokoh nasional, ada kemungkinan 2024 muncul lebih dari dua pasangan capres cawapres.
"Bisa diperkirakan, di 2024 nanti akan ada lebih dari 2 pasang, melihat konfigurasi dari partai-partai," kata dia.
Pemilih Prabowo Lari ke Anies
Djayadi menambahkan, sampai saat ini belum ada tokoh yang memiliki elektabilitas konsisten mencapai 40an persen.
Ia mengatakan hal tersebut ada kaitannya dengan pola pemilih yang masih sama seperti di Pilpres 2019 lalu.
"Pemilih tampaknya masih berkumpul dalam pola yang agak mirip dengan 2019," kata dia.