Virus Corona
Burhanuddin Sebut Penolak Vaksin Covid-19 Lebih Banyak Berasal dari Pendukung Prabowo-Sandi
Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia mengungkapkan hasil surveinya tentang tingkat kesediaan masyarakat untuk disuntik vaksin Covid-19.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
Hasil tersebut mengalami kenaikan dari survei awal hanya 39 persen responden yang bersedia divaksin.
Lalu 61 persen untuk yang tidak bersedia.
Setelah adanya kebijakan dari pemerintah yang menggratiskan vaksin, membuat kemauan untuk divaksin kembali meningkat.
Kesediaan masyarakat untuk divaksin naik 15,4 persen menjadi 54,4 persen, sedangkan tingkat ketidaksediaan divaksin menurun menjadi 45,6 persen.
Dan terakhir, tingkat kesediaan masyakat untuk divaksin kembali naik setelah keluarnya pernyataan dari MUI soal kehalalan vaksin.
Kesediaan masyarakat naik menjadi 63 persen, untuk yang menolak sebanyak 37 persen.
Simak video lengkapnya:
Burhanuddin Minta Pemerintah Ajak Prabowo serta HRS
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi memberikan masukan kepada pemerintah terkait program vaksinasi Covid-19.
Dilansir TribunWow.com, Burhanuddin meminta pemerintah melibatkan banyak pihak untuk mensukseskan vaksinasi.
Dikatakannya, tidak ada salahnya untuk mengajak figur-figur berpengaruh di Tanah Air, mulai dari Prabowo Subianto, Anies Baswedan hingga Muhammad Rizieq Shihab.
Baca juga: Jokowi Divaksin Covid-19 Tak Buat Masyarakat Antusias, Hasil Survei Hanya Menurunkan 2 Persen
Baca juga: 64 Persen Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia Alami Efek dari Rasa Cemas, Muntah hingga Pingsan
Saran tersebut disampaikan Burhanuddin menyusul rendahnya kesedian masyarakat untuk mennerima vaksin, dikutip dari acara Sapa Indonesia Malam 'KompasTV', Senin (22/3/2021).
Dalam kesempatan itu, Burhanuddin menjelaskan bahwa semua persoalan di Indonesia tidak bisa terlepaskan dari situasi politik, tidak terkecuali masalah Covid-19 dan vaksinasi.
Bahkan menurutnya, kondisi Pilpres 2019 masih saja terbawa dan juga memberikan pengaruh hingga sekarang ini.
"Sekarang kita hidup di masa yang terpolarisasi secara politik dan bukan hanya terjadi di Indonesia, di Amerika Serikat, di Brasil, itu Covid-19 diframe secara vertikal," ujar Burhanuddin.