Terkini Daerah
Sosok Ali Kalora Diduga Dalang Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi, Dikenal Orang Ahli dalam Menyamar
Satu keluarga di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Ali Kalora diduga jadi dalang.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Satu keluarga di Dusun Tokelemo, Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah menjadi korban pembunuhan pada Jumat (27/11/2020).
Satu keluarga yang terdiri dari empat orang, yakni ayah, ibu, anak dan menantu meninggal dunia diduga dibunuh oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
Dikutip TribunWow.com dari BBC Indonesia pada Minggu (29/11/2020), Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Abdul Rachman Baso mengatakan bahwa saksi membenarkan sosok yang melakukan penyerangan adalah sosok yang selama ini telah dicari polisi, Ali Kalora.

Baca juga: Bunuh Satu Keluarga, Bakar 6 Rumah hingga Curi Beras 40 Kg, Motif Serangan MIT Diduga Balas Dendam
"Sehingga kita menjustifikasi, bahwa pelaku adalah benar kelompok Ali Kalora," kata Abdul.
Ali Kalora merupakan Ali Kalora merupakan petinggi terakhir yang masih bertahan dalam jaringan MIT yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah.
Sebelumnya, pemimpinnya Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu
Ali Kalora ditetapkan sebagai pemimpin kelompok MIT setelah pentolan mereka, Basri alias Bagong ditangkap.
Jumlah kelompok ini terus mengalami pengurangan anggota karena mereka berhasil ditangkap oleh polisi.
Selain ditangkap, mereka juga tewas setelah baku tembak dengan pasukan gabungan TNI dan polisi dalam operasi Tinombalu.
Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib pada Januari lalu, mengatakan bahwa Ali Kalora tidak memiliki pengaruh sekuat Santoso.
Ia tidak bisa merekrut puluhan orang seperti Santoso.
Ali Kalora baru-baru ini disebut setelah sebelumnya ditemukan mayat tanpa kepala di Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Montong, Sulawesi Tengah.
Demi mencari keberadaan Ali Kalora, polisi memasang foto pimpinan kelompok MIT itu di pusat keramaian Sulteng pada 2016.
Baca juga: 150 KK Kini Harus Mengungsi setelah Satu Keluarga di Sigi Ditemukan Tewas Dibunuh
Ridlwan Habib menilai, Ali Kalora bukan figur kombatan.
Ali Kalora tidak memiliki keahlian yang mumpuni.
Kemampuan gerilyanya juga masih terbatas karena belum pernah ke medan konflik.
Meski demikian, Ali Kalora dianggap sebagai sosok yang ahli dalam bertahan hidup.
"Kecuali kemampuannya untuk bertahan hidup dalam pelarian," ujar Ridlwan pada wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid, Rabu (2/1/2020).
"Dengan logistik yang terbatas, Ali Kalora bisa menjadi apa saja, menyamar menjadi warga lokal, bahkan petani dan jalan sejauh itu," imbuhnya.
Ali Kalora bahkan bisa menyamar menjadi warga lokal saat dikejar oleh aparat TNI-Polisi.
Hal itu berbeda dengan keahlian Santoso yang dianggap ahli dalam propaganda.
Kronologi Satu Keluarga DIbunuh
Kejadian ini bermula ketika delapan orang tak dikenal datang ke lokasi transmigrasi tersebut sekitar pukul 09.00 WITA.
Mereka tiba-tiba saja memasuki rumah korban.
Delapan orang yang disebut merupakan kelompok MIT itu, menganiaya keempat korban hingga meninggal dunia.
Selain itu, mereka juga membakar enam rumah dan sejumlah kendaraan bermotor di lokasi tersebut.
Sedangkan di lokasi itu tercatat ada sembilan Kartu Keluarga (KK) atau sekitar 50 orang dari berbagai suku tinggal di daerah tersebut.
Dalam kesempatan itu, Abdul menegaskan tidak ada gereja yang dibakar dalam peristiwa tersebut.
"Saya luruskan tidak ada gereja yang dibakar. Bukan gereja. Hanya ada satu rumah yang kadang dipakai untuk melayani umat," ujar Abdul.
Mereka tak hanya menyakiti para korban, kelompok tersebut juga merampas 40 kg beras.
Motif Serangan MIT
Abdul membenarkan pelaku merupakan kelompok MIT.
Pasalnya, saksi membenarkan bahwa wajah penyerang itu sama dengan foto yang ditunjukkan polisi sebagai Pimpinan MIT, Ali Kalora.
"Sehingga kita menjustifikasi, bahwa pelaku adalah benar kelompok Ali Kalora," kata dia.
Terkait motif pembunuhan, Abdul menduga karena adanya motif balas dendam.
Namun balas dendam itu bukan karena MIT memiliki perselisihan dengan keluarga tewas tersebut.
Tak ada kata-kata apapun saat terjadi penganiayaan itu.
Abdul menduga, kasus ini terjadi karena polisi sebelumnya telah menangkap dua anggota MIT.
"Prediksi kita kejadian ini merupakan balas dendam karena pada 17 November lalu kami melumpuhkan dua orang dari kelompok mereka yang selama ini masuk dalam daftar DPO," lanjut Kapolda.
Baca juga: Pembunuhan Satu Keluarga di Sigi, Polri Duga Dilakukan Kelompok Teroris Ali Kalora: Dalam Pengejaran
Abdul menjelaskan, Operasi Tinombala untuk memburu jaringan MIT ini sebenarnnya sudah tiga kali diperpanjang tahun ini.
Seharusnya, masa Operasi Tinombala selesai pada 30 September lalu.
Namun kini diperpanjang hingga 31 Desember.
Pasalnya masih ada 13 orang dari kelompok MIT yang masih dalam pencarian.
Abdul Rachman Baso mengatakan bahwa kejadian ini bermula ketika delapan orang tak dikenal datang ke lokasi transmigrasi tersebut sekitar pukul 09.00 WITA.
(TribunWow.com/Mariah Gipty)
Sebagian artikel ini diolah dari BBC Indonesia dengan judul Siapa Ali Kalora, pemimpin kelompok radikal Poso, yang 'tidak diperhitungkan','Pembunuhan' di Sigi tewaskan satu keluarga, polisi duga teroris MIT pelakunya- Operasi Tinombala yang terus diperpanjang dipertanyakan dan 'Pembunuhan' di Sigi tewaskan satu keluarga, polisi duga teroris MIT pelakunya- Operasi Tinombala yang terus diperpanjang dipertanyakan