Terikini Nasional
Donald Trump dan Joe Biden Bersaing di Pilpres AS, Sandiaga Ungkap Dampak bagi Ekonomi Indonesia
Wakil Ketua Dewan Partai Gerindra Sandiaga Uno memberikan pandangannya terkait pemilihan presiden Amerika Serikat.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua Dewan Partai Gerindra Sandiaga Uno memberikan pandangannya terkait pemilihan presiden Amerika Serikat.
Seperti yang diketahui, petahana Donald Trump dan Joe Biden tengah memperebutkan kursi kepemimpinan Amerika Serikat untuk periode 2020-2024.
Dilansir TribunWow.com, Sandiaga Uno menyadari bahwa sebagai negara adidaya, Amerika Serikat mempunyai pengaruh besar terhadap Indonesia, khususnya dalam hal ekonomi.

Baca juga: Update Hasil Pilpres Amerika Hari Ini, Joe Biden Mendekati Kemenangan dengan 264 Electoral Votes
Baca juga: Pilpres AS 2020: Joe Biden Menang di Michigan, Pukulan Telak untuk Trump yang Unggul di Pilpres 2016
Bahkan menurutnya, tidak hanya bagi Indonesia, melainkan juga negara-negara lain di dunia.
Oleh karenanya, siapapun nantinya yang akan menjadi pemegang kendali Amerika selama empat tahun mendatang bisa mempengaruhi situasi perekonomian dunia.
Begitupun sebaliknya, Sandiaga Uno juga menilai Indonesia sebagai negara yang selalu diperhitungkan, termasuk Amerika sendiri.
Oleh karenanya, mantan wakil gubernur DKI Jakarta itu menyebut siapapun yang akan menjadi presiden pastinya tidak akan melepas kerjasama baik dengan Indonesia.
"Bagi saya, baik Biden maupun Trump akan memperhitungkan posisi Indonesia yang sangat strategis," ujar Sandiaga.
"Dan siapapun yang memenangkan Pilpres Amerika Serikat, Indonesia sesuai dengan politik luar negeri kita yang bebas aktif ya harus berteman, bersahabat dengan siapapun yang dipilih oleh masyarakat Amerika," jelasnya,
Sandiaga mengaku sudah melihat persoalan-persoalan yang saat ini sedang dihadapi oleh Amerika.
Menurutnya, persoalan di Negeri Paman Sam tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Tanah Air.
Baca juga: Pilpres AS 2020: Kanye West Mendapat 60.000 Suara, Mengisyaratkan Maju pada Pilpres 2024
"Dan saya melihat bahwa kali ini, saya lagi mengamati data-data awal dari exit pol yang menyatakan isu utama adalah ekonomi, termasuk lapangan pekerjaan, beban biaya hidup, cicilan rumah maupun cicilan kendaraan yang semakin tersendat-sendat," ungkap Sandiaga.
"Yang kedua adalah isu tentang perpecahan atau kesenjangan, terutama result devide, yang ketiga baru Covid-19," imbuhnya.
"Ini mirip-mirip dengan keadaan kita di Indonesia."
Meski begitu menurutnya, Indonesia tidak perlu terlalu memikirkan siapapun yang akan menjadi presiden Amerika.
Dirinya menuntut supaya ada strategi tersendiri dari pemerintah Indonesia untuk bisa memajukan NKRI ini.
"Jadi menurut saya, kalau melihat situasi yang sangat ketat, kita sabar menunggu, tapi kita harus bergerak cepat sekali karena siapapun yang terpilih nanti kita harus mulai satu strategi," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 5.25:
Mantan Dubes RI Ungkap Alasan Trump Kerap Disorot
Mantan duta besar (dubes) RI Dino Patti Djalal turut menanggapi pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Rabu (4/11/2020).
Diketahui sebelumnya Pilpres AS tengah mencapai puncaknya pada pemungutan suara yang diselenggarakan sampai Selasa (3/11/2020) waktu setempat.

Baca juga: Ungguli Trump di Pilpres AS 2020, Joe Biden Enggan Deklarasikan Kemenangan: Bukan Wewenang Saya
Terdapat dua kubu yang bertanding yakni petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republikan dan mantan Wakil Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat.
Dino menilai pilpres kali ini memang tengah menjadi sorotan masyarakat AS dan dunia internasional.
Hal itu terbukti dari tingginya jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilihan kali ini.
Menurut Dino, ada faktor pemerintahan Trump sebelumnya yang membuat antusiasme masyarakat AS dalam pilpres 2020.
"Memang Trump adalah presiden yang paling unik dalam sejarah Amerika. Dia menemukan suatu resep untuk berpolitik dan mendapatkan suara," papar Dino Patti Djalal.
Ia menilai Trump berhasil mendapat simpat dari kelompok yang selama ini tidak mendapat tempat di politik konvensional, yakni melalui pernyataan yang blak-blakan dan cenderung tidak dapat diterima masyarakat umum.
Hal tersebut tampak dari sejumlah pernyataan kontroversial Trump.
"Resep ini baru ditemukan ketika dia maju ke pilpres, yaitu resep bahwa dia harus seotentik mungkin dan meraih rasa terdalam yang dirasakan Amerika pada kelompok tertentu," jelas Dino.
"Makanya dia kasar dan suka meledek, dan lain sebagainya," lanjutnya.
Ia mengakui terjadi gelombang penolakan terhadap sikap Trump yang dianggap tidak biasa tersebut.
Diketahui pernyataan Trump sempat menjadi sorotan dalam berbagai isu rasisme yang memang panas di AS.
Baca juga: Update Pilpres Amerika: Joe Biden Unggul Cukup Jauh dari Donald Trump, Peluang Besar?
Ditambah lagi baru-baru ini terjadi gerakan terkait diskriminasi ras yang sudah mengakar di negeri Paman Sam tersebut.
Menurut Dino, sikap Trump justru menjadi cerminan dari kelompok tertentu yang setuju dengan sikap terhadap isu sensitif ini.
Ia menjelaskan hal itu menjadikan Trump unggul bagi kelompok-kelompok tertentu.
"Mungkin ada orang-orang yang enggak suka melihat itu untuk politik konvensional. Tapi banyak orang di akar rumput Amerika yang suka melihat itu," papar mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini.
Lebih jauh lagi, ia menilai sikap Trump semakin memisahkan pola antara masyarakat yang mendukung dan menolak isu rasisme yang berkembang di AS.
"Jadi itulah role of will dari Presiden Trump yang membuat politik Amerika semakin terpolarisasi antara kelompok yang marah, yang grassroot (akar rumput), yang senang dengan politik yang mean (kejam) dan nasty (kotor), dengan kelompok lain yang justru berbeda pendekatannya," tandas Dino.
Lihat videonya mulai menit 12.30:
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)