Kabar Ibu Kota
Geisz Chalifah Puji Keberanian Anies Baswedan soal Reklamasi Ancol: Sebagian Pemimpin Gak Berani
Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol, Geisz Chalifah memberikan pujian kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan soal reklamasi Ancol.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol, Geisz Chalifah memberikan pujian kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan soal reklamasi Ancol.
Dilansir TribunWow.com, Geisz Chalifah menilai Anies Baswedan sangat berani dalam mengambil keputusan yang cukup berat.
Karena seperti yang diketahui, imbas dari Keputusan reklamasi Ancol, Anies kini mendapatkan mendapatkan banyak sorotan dan tentangan.
Hal ini disampaikannya dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (14/7/2020).

• Bahas Reklamasi Ancol, Ridwan Saidi Sarankan untuk Meniru Soeharto: Sekarang yang Penting Gunting
Menurutnya, Anies seharusnya bisa saja bermain aman dengan tidak memikirkan reklamasi Ancol.
"Keberanian Anies ini secara psikologi ingin saya ungkapkan di sini," ujar Geisz Chalifah.
"Kalau dia tidak buat ini, dia tidak keluarkan Kepgubnya, kan aman, enggak ada persoalan buat dia, tidak jadi judul Anies ingkar janji," jelasnya.
Geisz Chalifah juga berpandangan bahwa tidak banyak pemimpin yang berani mengambil keputusan dengan memiliki risiko, seperti halnya yang dilakukan Anies.
Dikatakannya mereka kebanyakan memilih untuk meninggalkan persoalan semacam itu, dengan alasan supaya reputasinya tetap terjaga.
"Sebagian pemimpin kita enggak berani ngambil risiko itu, biarin aja nanti aja kalau mau diterusin nunggu gua kelar. Tapi dia tidak," kata Geisz Chalifah.
Meski begitu, Aktivis Sosial itu juga tetap membenarkan apa yang dilakukan oleh Anies.
Karena menurutnya, apa yang dilakukan Anies soal reklamasi Ancol merupakan perkara lama sejak tahun 2009, yang hasilnya sudah membentuk daratan seluas 20 hektar.
• Sebut Anies Baswedan Tak Jujur, Politisi PSI Tunjukkan Peta Kesamaan Reklamasi Ancol dengan 17 Pulau
Oleh karenanya, dikatakan bahwa Anies saat ini hanya melanjutkan, dengan catatan memiliki konteks yang berbeda, yakni mempertimbangkan banyak hal.
Termasuk satu di antaranya adalah untuk memanfaatkan lumpur hasil pengerukkan sungai dan waduk yang mengalami sedimentasi, karena tentu tidak lahan lain untuk menampungnya.
"Ini ada kebodohan Jakarta, pemindahan lahannya ke Ancol, proyeknya sudah pernah ada 2009 sampai sekarang dan belum pernah dicabut, dia keluarkan, diambil risiko itu" terang Geisz Chalifah.
"Konteksnya juga berbeda," jelasnya.
"Jadi utamanya kebutuhan Jakartanya dulu, bukan kebutuhannya Ancol."
"Jakarta punya kebutuhan untuk pelimpahan dari waduk dan sungai dikasih ke Ancol," pungkasnya.
• Yakini Reklamasi Ancol Seluas 155 Hektar Tak akan Tuntas, Ketum Bamus Betawi: 20 Hektar Aja 11 Tahun
Simak videonya mulai menit ke- 7.10
Ridwan Saidi Sarankan kepada para Pemimpin untuk Tiru Soeharto
Budayawan Ridwan Saidi buka suara terkait polemik reklamasi Ancol yang digagas oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Dilansir TribunWow.com, Ridwan Saidi meminta supaya Anies Baswedan bersama Pemprov DKI Jakarta benar-benar mempertimbangkan dan memikirkan secara matang, termasuk anggaran.
Ridwan Saidi lantas menyarankan kepada Anies ataupun kepala pemerintahan lainnya untuk bisa meniru sikap dari Presiden Kedua RI, Soeharto.
Hal ini disampaikan dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (14/7/2020).

• Sebut Anies Baswedan Tak Jujur, Politisi PSI Tunjukkan Peta Kesamaan Reklamasi Ancol dengan 17 Pulau
"Jadi anggarannya sudah dipikirkan, jangan sampai ini program yang cukup ramai itu tercecer," ujar Ridwan Saidi.
"Supaya bisa lancar keuangannya juga dipikirkan," imbuhnya.
Dirinya mencontohkan pemerintahan Soeharto ketika melakukan pembangunan.
Dikatakannya Soeharto baru akan memulai pembangunan ketika anggarannya sudah tercukupi.
"Kita harus meniru Pak Soeharto, Pak Soharto itu tidak akan memulai pembangunan jikalau anggarannya belum cukup," ungkapnya.
Menurutnya, zaman sekarang justru terbalik, yakni mereka lebih mengutamakan peresmian awal suatu proyek.
"Zaman sekarang yang penting gunting, bukannya duit," kata Ridwan Saidi.
"Gunting pita dulu peresmian proyek, mau dibangun atau tidak, masa bodoh amat," sambungnya.
Dirinya kemudian menyinggung soal proyek kereta cepat yang dicanangkan memiliki rute Jakarta-Bandung.
Namun realisasinya tidak sesuai dengan target yang diharapkan di awal, bahkan kabarnya masih mangkrak.
• Haikal Hassan Soalkan Tema ILC soal Reklamasi Ancol, Karni Ilyas: Bukan Anies Ingkar Janji Bacanya
"Kita bisa lihat contoh kereta cepat, dari Jakarta Bandung akhirnya sampai Purwakarta Padalarang, akhirnya Padalarang-Cimahi," jelasnya.
"Itu harus ada perencanaan dalam bidang keuangan. Jangan berhenti di tengah jalan, itu enggak enak," terang Ridwan Saidi.
Lebih lanjut, terkait dengan proyek reklamasi Ancol ini disebutnya menjadi pertaruhan nama dan reputasi dari Anies sendiri.
Karena seperti yang diketahui, proyek tersebut mendapatkan banyak tantangan dari berbagai kalangan.
Ia kemudian juga meberi saran kepada Anies untuk tetap menghargai pendapat dan masukan dari Badan Musyawarah Suku Betawi dalam setiap pembuatan keputusan, apalagi yang berkaitan dengan kewilayahan.
"Karena ini Pak Anies sudah mempertaruhkan namanya, reputasinya, walaupun dia enggak pernah ucapkan 'Saya menjaga reputasi politik saya lho', tapi reputasinya dia pertaruhkan, mendapatkan hantaman-hantaman," ucapnya.
"Haruslah bekerja dengan perencanaan di bidang keuangan dan juga menampung pendapat-pendapat dari badan musyawarah suku Betawi," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke- 12.00
(TribunWow/Elfan Fajar Nugroho)