Virus Corona
Ingin PSBB Surabaya Raya Dihentikan meski Kasus Masih Tinggi, Risma Prihatin Banyak Pengangguran
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengusulkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Surabaya Raya dihentikan.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengusulkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di wilayah Surabaya Raya dihentikan.
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia cetuskan melihat kondisi ekonomi di wilayahnya yang terdampak pandemi Virus Corona (Covid-19) karena aktivitas masyarakat yang tidak dapat berjalan normal saat PSBB.
Untuk diketahui, kasus positif di wilayah Surabaya masih tinggi dengan jumlah 3.124 pasien positif per Minggu (7/6/2020).

• Jatim Alami Lonjakan Tajam Kasus Corona, Sosiolog Singgung Arus Mudik Lebaran: Saya Terperanjat Juga
Meskipun begitu, Risma ingin mengusulkan PSBB dicabut agar aktivitas ekonomi dapat berjalan kembali.
Ia menyebutkan usul tersebut sebelumnya sudah sempat diutarakan.
"Mudah-mudahan usulan saya diterima," ungkap Tri Rismaharini, dalam tayangan Kompas TV, Minggu (7/6/2020).
Risma menyebutkan dirinya lebih memilih untuk memperketat protokol kesehatan.
"Kita tidak lakukan itu, tapi protokol diperketat. Jadi protokol itu yang harus diperketat," jelas Risma.
Usulan itu muncul saat melihat kondisi ekonomi masyarakat yang mulai terpuruk selama pandemi.
Ia menyinggung banyak orang yang kehilangan pekerjaannya saat ini.
"Tadi saya sampaikan ini menyangkut masalah ekonomi warga," papar Risma.
"Jangan sampai tidak bekerja," tambahnya.
Ia memberi contoh pada pusat perbelanjaan seperti mal yang kehilangan pengunjung selama masa pandemi.
Risma berharap pertimbangan ekonomi tersebut dapat disetujui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
"Kita enggak bisa lihat kalau mal terus down, turun, 'kan SPG-nya juga bisa dipecat," jelas Risma.
• Sempat Disebut Zona Hitam, Surabaya Kini Catat 519 Pasien Positif Covid-19 Sembuh Hanya dalam 5 Hari
"Mudah-mudahan bisa diterima sama Bu Gubernur," lanjutnya.
Ia menyebutkan rencana tersebut masih dibahas timnya.
"Sekali lagi, saya khawatir hotel dan restoran kalau enggak bisa dihidupkan nanti pegawainya diberhentikan dan sebagainya," kata Risma.
"Enggak mungkin membayar orang dalam posisi nganggur terus mereka enggak punya income," lanjutnya.
Usulan tersebut dan evaluasi PSBB Surabaya Raya kemudian dibahas Tim Gugus Tugas Covid-19 bersama dengan pemkot.
Sekda Provinsi Jawa timur Heru Tjahjono menyebutkan rapat tersebut mempertimbangkan kelanjutan PSBB dari segi epidemiologi.
Selanjutnya keputusan akan diresmikan Gubernur Khofifah dan Pemkot Surabaya.
Menanggapi usulan tersebut, Wakil Sekretaris Gugus Tugas Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto memaparkan kondisi penyebaran virus saat ini.
Berdasarkan rapid test yang dilakukan Pemkot Surabaya dan Badan Intelijen Negara (BIN), terdapat lebih dari 10 persen warga yang reaktif.
"Memang bisa dikatakan tinggi karena di atas 10 persen," tutur Irvan Widyanto.
Ia menyebutkan kemungkinan rapid test massal masih akan diperpanjang.
"Informasi terakhir, kami berbincang dengan Kabinda Jatim, beliau menyampaikan bahwa kemungkinan besar ini akan diperpanjang sampai satu minggu ke depan," jelasnya.
• Pakar Kesehatan Setuju Episentrum Corona Sudah Pindah di Surabaya: Bukan Sesuatu yang Mengagetkan
Lihat videonya mulai dari awal:
Surabaya Disebut Jadi Zona Hitam Corona
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa membantah Kota Surabaya berstatus zona hitam Virus Corona (Covid-19).
Ia menyebutkan tidak pernah ada klasifikasi warna hitam dalam pemetaan zona, melainkan merah pekat.
Khofifah menerangkan padatnya jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) membuat wilayah Surabaya seolah-olah tampak berwarna hitam.
• Surabaya Disebut Masuk Zona Hitam Kasus Virus Corona, Ketua Gugus Tugas Jatim: Engga Ada Itu
Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam tayangan Prime Talk di Metro TV, Rabu (3/6/2020).
Diketahui dari total kasus seluruh Jawa Timur, sebanyak 65 persen terdapat di Surabaya Raya, yakni dengan jumlah kasus 2.748.
Berdasarkan angka tersebut, Surabaya disebut berstatus zona hitam dalam pemetaan wilayah.
Namun Khofifah membantah pernyataan ini.
"Kita enggak ada hitam. Secara sistem, semuanya kuadrat," tegas Khofifah Indar Parawansa.
"Jadi dari angka berapa ke berapa," lanjutnya.
Ia membenarkan dalam pemetaan yang ditampilkan laman resmi infocovid-19.jatimprov.go.id wilayah Surabaya tampak paling gelap dibandingkan daerah lain di sekitarnya.
"Secara sistem, memang warna itu keluar," papar Khofifah.

Menurut dia, peluncuran data tersebut sesuai dengan permintaan masyarakat.
"Ini 'kan sebetulnya sangat banyak masyarakat yang minta transparansi data," jelas Khofifah.
Ia menjelaskan dalam pemetaan tersebut langsung ditampilkan jumlah total, sehingga tampak seperti kasus yang ada sangat padat.
"Data itu kalau dimunculkan kecil-kecil, tidak semua kemudian mudah mencermati," jelas Khofifah.
Khofifah menyebutkan daerah lain pun juga sudah berstatus zona merah.
"Dengan warna itu, sebetulnya Jawa Timur ini semua kabupaten kota sudah merah karena sudah ada pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19," paparnya.
"Sehingga untuk melihat klaster yang ada, tidak ada warna hitam," ungkap Khofifah.
• Tanggapi Status Surabaya Masuk Zona Hitam Corona, Khofifah: Jadi Memang Ini Adalah Kota Kosmopolitan
Ia membandingkan dengan daerah-daerah lain di sekitar Surabaya yang juga bervariasi statusnya meskipun sama-sama merah.
"Tapi ketika diklik dengan kuadrat tertentu dari mulai ODP dam PDP, dari 1 sampai 2, dan seterusnya, maka pada titik tertentu warnanya kemudian merah muda, agak gelap, dan merah gelap," jelasnya.
"Saya mohon maaf kalau ada warganet yang menulis hitam. Tidak pernah sebetulnya ada warna hitam di dalam peta kami," tegas Khofifah. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)