Virus Corona
Kritisi Rencana New Normal, Pandu Riono: Kelihatannya Sudah Patuh, tapi Hati-hati Belum 100 Persen
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengkritik rencana penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
"Jadi komunikasi dengan publik untuk menyamakan persepsi risiko ini harus terus digaungkan melalui semua media komunikasi," terang Pandu.
"Apakah radio, apakah dengan melakukan tokoh-tokoh masyarakat, karena pada umumnya masyarakat lebih senang kalau enggak usah pakai masker. Padahal ini suatu vaksin yang kita punya adalah pakai masker."
"Dan itu harus dipakai ke manapun kalau mereka keluar rumah."
Pandu menambahkan, kini masyarakat mulai mematuhi aturan pemerintah untuk pencegahan Virus Corona.
Namun, ia tak menjamin kepatuhan itu dilakukan secara merata oleh seluruh warga.
Tak hanya itu, Pandu pun menyebut kepatuhan warga terus berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
"Ya saya kita kelihatannya sudah patuh, tapi hati-hati kan tidak 100 persen patuh," ucap Pandu.
"Jadi konsistensinya belum tentu, dari hasil studi Fakultas Psikologi UI ternyata kepatuhan mungkin mingu pertama patuh, minggu kedua ternyata mereka akan mengurangi kepatuhan, minggu ketiga dan seterusnya."
Karena itulah, Pandu mengimbau pemerintah tak lengah jika benar-benar ingin menerapkan New Normal.
Ia kemudian menyebut banyaknya risiko yang harus dihadapi dalam penerapan New Normal.
"Pada hari ini kita tidak boleh menurunkan itu, kita bermain dengan risiko saat melakukan pelonggaran ini."
"Ada risiko, risiko itu bisa naik bisa turun," tandasnya.
• Ungkit Korsel, Pakar Kesehatan Ungkap Potensi Gelombang 2 Corona di New Normal: Bisa Lebih Berat
Simak video berikut ini menit ke-10.30:
Tegal Mulai New Normal
Pada kesempatan itu, mulanya Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono menjelaskan kriteria yang menentukan wilayahnya siap mulai New Normal.
Seperti diketahui, New Normal disebut sebagai cara hidup baru setelah mengenal pandemi Virus Corona.