Breaking News:

Virus Corona

Nilai New Normal Corona Belum Siap Diterapkan, Mardani: Saya Tidak Ingin Jadi Oposisi Pemerintah

Anggota DPR RI fraksi PKS, Mardani Ali Sera memberikan tanggapan terkait rencana penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona.

Capture YouTube Kompas TV
Anggota DPR Fraksi PKS Mardani Ali Sera dalam acara Dua Arah KompasTV, Selasa (2/6/2020). Dirinya memberikan tanggapan terkait rencana penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona. 

TRIBUNWOW.COM - Anggota DPR RI fraksi PKS, Mardani Ali Sera memberikan tanggapan terkait rencana penerapan New Normal di tengah pandemi Virus Corona.

Dilansir TribunWow.com, Mardani mengatakan dalam pembahasan New Normal ini, dirinya tidak ingin memposisikan sebagai oposisi pemerintah.

Karena menurutnya, permasalahan tersebut bukan hanya dihadapi pemerintah melainkan semua masyarakat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peninjauan persiapan New Normal di Summarecon Mall Bekasi pada Selasa (26/5/2020). Namun, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengaku tak setuju dengan keputusan tersebut.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat peninjauan persiapan New Normal di Summarecon Mall Bekasi pada Selasa (26/5/2020). (channel Youtube Kompas TV)

Minta New Normal Orientasi ke Masyarakat, Pandu Riono: Jangan Lihat Hanya Aktivitas Kegiatan Modern

Maka dari itu, Mardani tidak ingin berkomentar dari sudut pandang kubu oposisi, melainkan dari segi masyarakat umum.

Meskipun posisinya di DPR adalah sebenarnya berseberangan dengan pemerintah.

Hal ini disampaikan oleh Mardani dalam acara Dua Arah yang tayang di kanal Youtube KompasTV, Selasa (2/6/2020).

"Saya ingin menjelaskan posisi saya dulu karena dari partai politik DPR sendiri saya tidak ingin menjadi oposisi," ujar Mardani.

"Ini masalah kita bersama," tegasnya.

Mardani mengatakan bahwa Indonesia masih belum siap untuk menjalankan New Normal.

Dirinya mengaku objektif yakni dengan melihat data kasus Corona di lapangan.

Contoh nyatanya adalah jumlah dan penambahan kasus Corona setiap harinya masih banyak.

Minta Pemerintah Jujur, Pandu Riono Tuntut Fakta New Normal: Kalau Tidak Kita Gambling Luar Biasa

Berbeda halnya dengan beberapa negara lain yang memang datanya sudah mengalami penurunan, seperti halnya Jepang dan Korea Selatan.

Meskipun pada akhirnya Korea Selatan harus mengalami gelombang kedua penyebaran Covid-19.

"Yang pertama kita bicara New Normal dalam keadaan kasus kita yang masih naik, sementara Jepang, Korea Selatan angkanya turun," jelasnya.

"Korea bahkan ketika New Normal baru naik lagi."

Selain mengacu pada penambahan kasus, Mardani juga menilai jumlah pengetesan masih sangat sedikit.

Dirinya menyimpulkan, ketika pengetesan yang dilakukan masih sangat sedikit maka otomatis jumlah kasus baru akan sedikit.

Dan sebaliknya, ketika pengetesan banyak dilakukan, maka kemungkinan jumlah korban juga akan semakin banyak.

"Yang kedua kita punya jumlah orang yang dites masih sangat sedikit," ungkapnya.

"Makin sedikit tes, ya makin sedikit korban, tetapi nambah tes makin banyak korbannya," imbuhnya.

Ganjar Tegaskan Tak Ada Acuan Waktu Kapan New Normal Jateng Dimulai: Ukurannya Seberapa Turun Kurva

Lebih lanjut, Mardani menilai sejauh ini masih belum memenuhi syarat untuk melakukan New Normal.

Pemerintah diharapkan memperhatikan beberapa hal penting tersebut sebelum benar-benar menerapakan New Normal.

Terlebih menurut Mardani, kesadaran masyarakat akan Corona masih sangat rendah.

Banyak masyarakat yang tidak disiplin untuk mengikuti anjuran dari pemerintah.

Dirinya mengatakan peran dari masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan New Normal.

"Jadi poin saya, nyuwun sewu buat pemerintah, tiga hal belum terpenuhi syaratnya," kata Mardani.

"Yang pertama disiplin masyarakat."

"Karena itu masyarakat jangan jalan sendiri, partisipasi masyarakat perlu."

"Yang kedua reproduktif number Rt kita masih di atas satu," pungkasnya.

Simak videonya mulai menit ke-15.55

Pihak Istana Ungkap akan Hati-hati dalam Penerapan New Normal

Sebagian wilayah di Indonesia mulai menerapkan tatanan kehidupan baru atau New Normal.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul mengatakan bahwa pemerintah juga belajar dari negara lain dalam menerapkan New Normal.

Hal itu disampaikan Dany Amrul melalui Apa Kabar Indonesia tvOne pda Senin (1/6/2020).

Dany menjelaskan, pemerintah belajar soal penerapan New Normal dari negara-negara tetangga, seperti India hingga Korea Selatan.

"Seperti ke dalam sebuah keadaan New Normal yang terjadi di negara Korea Selatan, di India, kita belajar."

"Kita belajar dari pelonggaran-pelonggaran atau pembukaan-pembukaan sektor-sektor strategis yang ada di Korea Selatan umpamanya, yang ada di India," jelas Dany.

Pemerintah belajar dari Korea Selatan dan India terkiat bagaimana negara tersebut sebelumnya melakukan jaga jarak berskala besar maupun karantina wilayah hingga kemudian menerapkan New Normal.

"Yang telah menetapkan lockdown kemudian dibuka, di Korea juga seperti PSBB kemudian dibuka, kita belajar."

"Kita belajar apa yang sudah dilakukan negara lain lalu kita ambil di mana miss yang terjadi lalu kita belajar supaya tidak terjadi," jelasnya.

Peringatkan Gelombang Kedua Corona, Luhut Pandjaitan: Itu Sebabnya Pemerintah Sangat Berhati-hati

Dany mengatakan, pihaknya akan belajar soal pembukaan transportasi umum.

"Termasuk di dalam hal pembukaan transportasi publik yang dilakukan secara kehatian-hatian memperhatikan zoning keluar masuk dan jaga konsistensi," kata dia.

Menurutnya kesuksesan New Normal karena tiga hal.

Pertama adalah pengawasan yang ketat dan kedua adalah kesadaran manusia itu sendiri.

"Jadi dalam keadaan New Normal kuncinya dalam hal pemenangan di dalam New Normal ini adalah, satu, bagaimana ada konsistensi dari pelaksanaan protokol kesehatan dan sub-sub protokol yang ada."

"Kedua, disiplin diri dari manusianya karena ujung-ujungnya pada kesadaran diri."

"Kesadaran insan yang masuk di dalam ekosistem new normal tersebut," terang Dany.

Sementara yang ketiga, jelasnya, adalah komunikasi publik yang mudah dimengerti.

"Dan yang ketiga adalah komunikasi publik dengan narasa yang aplicable, yang mudah dimengerti, dan senantiasa digaungkan terus agar mengikuti konsistensi dari protokol kesehatan sebagai sistem dan juga alur-alur yang sudah ditetapkan," papar Dany.

(TribunWow/Elfan Nugroho/Mariah Gipty)

Tags:
Mardani Ali SeraVirus CoronaCovid-19New Normal
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved