Virus Corona
Sebut Masyarakat Lebih Memilih 'New Normal' Dibanding PSBB, Bambang Soesatyo: Saya Yakin dan Percaya
Ketua MPR Bambang Soestyo menyinggung mengenai wacana penetapan tatanan normal baru di Indonesia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Ketua MPR Bambang Soestyo menyinggung mengenai wacana penetapan tatanan normal baru di Indonesia.
Bambang menyebutkan bahwa masyarakat saat ini akan lebih patuh dan memilih konsekuensi new normal atau pemulihan kehidupan.
Konsekuensi tersebut antara lain pemberlakuan protokol kesehatan dan pembatasan berkerumun maupun menjaga jarak aman demi mengurangi potensi penularan.
• Bahas Polemik New Normal, Hendri Satrio Singgung Kondisi Ekonomi: Kalau Gak Optimis Makin Terpuruk
Dilansir Kompas.com, Senin (1/6/2020), Bambang meyakini masyarakat yang telah merasakan berkurangnya kebebasan akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pasti akan lebih memilih pemulihan kehidupan.
Meskipun dengan begitu, masyarakat masih harus menjalankan aturan kesehatan karena pandemi Covid-19 yang merebak di Indonesia masih belum selesai.
Namun, Bambang menyebutkan bahwa masyarakat akan lebih nyaman bila kehidupan mereka dapat terus berjalan pada masa new normal daripada harus dikekang.
"Saya yakin dan percaya bahwa setelah sekian lama merasakan ketidaknyamanan karena pembatasan sosial, semua elemen masyarakat tentu lebih memilih konsekuensi pemulihan kehidupan yang berkelanjutan," tutur Bambang, Minggu (31/5/2020).
Ia kemudian menjelaskan bahwa pemulihan kehidupan tersebut berarti masyarakat bisa berkegiatan kembali pada sektornya masing-masing.
Termasuk di antaranya adalah kegiatan ibadah, jual beli, bidang pekerjaan dan pendidikan.
"Pemulihan kehidupan berarti karyawan bisa mulai bekerja lagi, beribadah di rumah-rumah ibadah, pasar aktif lagi sebagai titik temu penjual dan pembeli, hingga peluang bagi anak dan remaja kembali ke sekolah atau kampus," lanjutnya.
Meski nantinya telah menerapkan new normal, Bambang menekankan bahwa masyarakat masih perlu berhati-hati.
Pasalnya, potensi penularan Virus Corona gelombang kedua masih mengintai saat new normal tersebut diberlakukan.
Oleh sebab itu, diperlukan ketertiban dan kedisiplinan masyarakat untuk dapat terus menjalankan protokol kesehatan di kehidupan sehari-harinya.
"Siapa pun tidak boleh meremehkan potensi ancaman dari Covid-19, sehingga kepatuhan pada protokol kesehatan bersifat mutlak," ujar Bambang.
Sebagai contoh, Bambang menyebutkan mengenai Korea Selatan yang harus memberlakukan pembatasan sosial kembali.