Breaking News:

Virus Corona

Kisah tentang Virus Corona dari Afghanistan: Sulit Lakukan Jaga Jarak karena Bukan Budaya

Dr Yousef adalah yang pertama terkena Covid-19 di keluarganya dan yang pertama meninggal.

Editor: Ananda Putri Octaviani
Freepik
Ilustrasi Virus Corona atau Covid-19 

"Saya berhenti berjabat tangan tiga bulan lalu," katanya. Ketika teman lamanya dan para tamu terhormat muncul di pemakaman seorang pejabat kepolisian, ia bergeming di bawah tekanan sosial yang sangat besar.

"Itu sangat sulit diterima masyarakat," katanya. "Saya gembira dengan keputusan saya. Namun jaga jarak itu sangat sulit sekali dalam budaya kami."

Menjelang akhir Ramadan dan datangnya Idul Fitri, karantina di beberapa kota besar dilonggarkan. Namun pejabat Afghan meningkatkan peringatan ketika jumlah kasus meningkat.

Beberapa minggu lalu, pasar di banyak tempat di Afghanistan kehilangan pembeli karena toko-toko tutup.

Namun masih ada anak-anak bekerja di jalanan, berjualan masker untuk mencari uang agar keluarga mereka tetap bisa makan.

Zabiullah, satu dari jutaan pekerja harian, kembali ke pasar di Kabul dengan kereta dorongnya. Itu adalah modalnya satu-satunya untuk meneruskan harapan dan menghindari kelaparan.

Ia mencoba tinggal di rumah, tapi ia mendengar adanya program pemerintah membagi-bagikan roti untuk orang-orang miskin seperti dirinya.

"Tak ada yang membantu, bahkan dengan sepotong roti," keluhnya. "Saya takut kelaparan. Virus corona tak akan membunuh kami, tapi sudah pasti kami akan mati karena kelaparan."

"Sebanyak 12,4 juta orang terancam kelaparan dalam beberapa bulan ke depan," kata Toby Lanzer, kordinator upaya kemanusiaan PBB di Afghanistan. "Kita perlu meningkatkan upaya mempertahankan kehidupan di Afghanistan."

Jokowi Instruksikan New Normal, Soroti Jawa Timur yang Masih Tinggi Penyebaran Virus Corona

Karantina di negara maju, yang didukung oleh banyaknya program jaminan pemerintah, ditujukan untuk melindungi sistem layanan kesehatan dari tekanan.

Dokter-dokter di Afghanistan merasa perlu bercerita.

Amina adalah salah seorang korban selamat dalam penyerangan di rumah sakit Afghanistan.

"Kami kehilangan tiga orang dokter minggu ini akibat Covid," kata seorang dokter di Kabul lewat telepon. Ini merupakan hari pertamanya kerja sesudah pulih dari Covid-19.

"Mereka kontak dengan pasien Covid dan tidak pakai baju pelindung".

Di Provinsi Faryab, seorang dokter lain menjelaskan bahwa "banyak dokter senior menutup klinik karena mereka menghadapi risiko tanpa perlindungan yang memadai".

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
CoronaCovid-19Afghanistan
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved