Virus Corona
Soal PSBB, Ahli Epidemiologi Singgung Idul Fitri Segera Tiba: Seakan-akan Masyarakat Disuruh Ini-Itu
Ahli Epidemiologi Pandu Riono membahas hari Idul Fitri yang akan segera tiba di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Ahli Epidemiologi Pandu Riono membahas hari Idul Fitri yang akan segera tiba di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Seperti diketahui, sejumlah daerah menerapkan PSBB demi mencegah penyebaran Virus Corona (Covid-19).
Selain itu ada pula larangan mudik yang umumnya dilakukan masyarakat dalam rangka menyambut Idul Fitri demi mencegah penyebaran antardaerah.
• Sopir Travel Cerita Selundupkan Pemudik Nekat saat PSBB: Antara Mati di Jakarta atau Mati di Kampung
Dikutip TribunWow.com, awalnya Pandu Riono menilai PSBB belum siap dilonggarkan pada bulan Juni.
"Saya pesimis kalau kenyataannya seperti ini," komentar Pandu Riono dalam tayangan Fakta di TvOne, Senin (11/5/2020).
Ia menyebutkan kemungkinan tersebut ada, tetapi sangat kecil.
Pandu mengatakan penerapan PSBB di sejumlah daerah belum benar-benar sukses.
"Kita kehilangan harapan, tapi sebagian besar kurang berhasil," kata Pandu.
"Ini yang menurut saya dalam waktu satu-dua bulan ini itu banyak masa-masa kritis yang memungkinkan penduduk melanggar pembatasan sosial," lanjutnya.
Ia kemudian menyinggung perayaan Idul Fitri yang akan segera tiba.
"Sebentar lagi hari raya Idul Fitri, sebagian penduduk akan mencuri mudik," ungkap Pandu.
"Ini kalau tidak ditekan, maka target-target itu yang saya khawatirkan tidak tercapai," lanjutnya.
Selain itu, Pandu merasa ada faktor yang kurang diperhitungkan dalam PSBB saat ini.
"Dan yang paling dilupakan dalam PSBB ini, kita tidak pernah melibatkan masyarakat," kata Pandu Riono.
"Seakan-akan masyarakat disuruh ini, disuruh itu. Seandainya pembatasan sosial itu digerakkan berbasis masyarakat, maka masyarakat akan mengambil alih," jelasnya.
• Wacana PSBB Selesai Juni, Pakar Epidemiologi Sebut Jangan Percaya: Perilakunya Masih Amburadul
Ia menilai masyarakat sebagai pelaksana perlu lebih banyak dilibatkan agar memiliki kesadaran terhadap pentingnya PSBB.
"Ini impact-nya akan lebih besar. Masyarakat sendiri yang menggerakkan pembatasan sosial, bukan disuruh, bukan dipaksa, atau bukan dihukum," papar ahli epidemiologi ini.
Pandu kemudian mengomentari sejumlah daerah di luar DKI Jakarta yang kini juga menjadi zona merah penyebaran Virus Corona.
Menurut dia, perlu ada langkah pencegahan terutama dalam penyebaran antardaerah.
"Strateginya adalah begitu mereka pulang, protokolnya mereka harus dikarantina dua minggu," kata Pandu Riono.
"Atau dites dengan PCR. Sehingga testingnya harus kuat, kalau mereka negatif baru boleh ke rumahnya," tambahnya memberi usul.
Menurut Pandu, perlu ada pemahaman tentang proses penularan dan aktivitas masyarakat.
"Sebenarnya kalau kita mengerti dinamika proses transmisi dan mengerti mobilitas penduduk yang kita tidak bisa cegah 100 persen, kita bisa mengatasi," paparnya.
"Persoalannya, kita mau tidak?" tegas Pandu Riono.
• Isu Izin Perusahaan Dicabut saat PSBB, Sandiaga Uno Kecam Pelaksanaan: Ide Bagus, Koordinasi Buruk
Lihat videonya mulai menit 2:30
Imam Prasodjo Ungkap Risiko Besar Penularan Corona
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Imam Prasodjo buka suara soal wacana pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dilansir TribunWow.com, Imam Prasodjo bahkan menilai kini Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah dibuat geregetan melihat angka korban Virus Corona yang makin bertambah.
Padahal, pemerintah mengklaim PSBB sudah diterapkan secara ketat.
• Budi Karya Izinkan Angkutan Umum Jalan, Ridwan Kamil: Jika Terbukti ada OTG, Kami akan Larang Penuh
Hal itu disampaikan Imam Prasodjo melalui kanal YouTube Kompas TV, Minggu (10/5/2020).
"Saya enggak melihat itu ada kaitannya, kalau seandainya itu dikaitkan dengan upaya presiden atau perintah presiden untuk turun itu justru yang akan muncul adalah kajian yang lebih serius," kata Imam.
"Untuk bagaimana cara pengetatan terhadap upaya pemutusan mata rantai itu dilakukan."
Imam mengatakan, wacana pelonggaran PSBB justru bertentangan dengan tujuan penurunan angka korban Virus Corona.
Tak hanya itu, ia juga menyebut wacana tersebut layaknya kebijakan yang salah fokus.
"Jadi bukan malah mau melonggarkan, ini malah kebalikan arah menurut saya," jelas Imam.
"Namanya kajian kan boleh-boleh saja, cuma menurut saya salah fokus."
• Pemuda Pengendara Motor Ngamuk di Check Point PSBB Bogor, Pukul Petugas karena Ingatkan Pakai Masker
Lebih lanjut, menurut Imam pelonggaran PSBB hanya akan meningkatkan penularan Virus Corona.
Jika di wilayah DKI angkaya menurun, Imam memprediksi korban Virus Corona akan melonjak di daerah.
"Ya kalau misalnya saya membayangkan sebagai orang biasa, ini ada orang mudik, kita tahu bahwa ini berbahaya," terang dia.
"Ini ada flow yang luar biasa besar, jangan-jangan yang akan terjadi malah pindah masalahnya ke wilayah lain."
"Jadi bisa saja di DKI ini misalnya trennya menurun, tapi bisa naik di tempat lain," sambungnya.
Karena itu, Imam kembali mengimbau masyarakat untuk tetap disiplin menaati aturan pemerintah.
Melanjutkan penjelasannya, ia justru menyebut Jokowi tengah geregetan karena angka korban Virus Corona makin bertambah.
Hal itu pula yang disebutnya menjadi alasan Jokowi akhirnya menargetkan penurunan Virus Corona pada Mei 2020.
"Oleh karena itu fokus yang utama menurut saya adalah bagaimana mendisiplinkan kita, bagaimana menyinergikan seluruh sektor," ucap Imam.
"Dan juga katakan itu Pak Presiden geregetan supaya ini bisa lebih serius."
"Itu geregetan dengan cari apa alternatifnya, supaya jangan sampai di satu sisi pengin cepat tapi action di lapangan ada kesan ini tidak akan mempercepat penurunan," tandasnya. (TribunWow.com/Brigitta Winasis/Jayanti Tri Utami)