Terkini Nasional
Rocky Gerung Beberkan Alasannya Kekeh Beroposisi: Masih Ada yang di Luar, Kenapa Disuruh Masuk?
Pengamat politik Rocky Gerung mengungkap alasannya bersikeras berada dalam kubu oposisi pemerintahan.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pengamat politik Rocky Gerung mengungkap alasannya bersikeras berada dalam kubu oposisi pemerintahan.
Dilansir TribunWow.com, Rocky Gerung menyebut masuk ke dalam pemerintahan berarti membiarkan para penguasa bersikap otoriter.
Karena itu, ia menyebut beroposisi bukan berarti memusuhi pemerintah.

• Kritik Pemerintahan Jokowi, Refly Harun Kembali Ungkit soal RUU KPK: Ingin Bungkam Pengkritik
• Akui Hal Sulit, Refly Harun Tantang Rocky Gerung Ungkap Satu Pujian untuk Jokowi, Lihat Reaksinya
Pernyataan tersebut disampaikannya melalui kanal YouTube Talk Show tvOne, Minggu (10/5/2020).
"Oposisi itu bukan soal bergabung atau enggak bergabung, oposisi artinya berupaya untuk menimbulkan pikiran alternatif," kata Rocky.
"Di dalam juga Anda bisa promosi, menimbulkan pikiran alternatif."
Selama menjadi oposisi pemerintahan, Rocky mengaku ingin memberikan alternatif pikiran untuk memajukan negara.
"Tapi konsekuensinya Anda dikeluarkan, ya silakan pilih mau dikeluarkan atau pilih bahagia dengan pilihan alternatif," tuturnya.
"Beroposisi bukan memusuhi, tapi menghasilkan pikiran alternatif supaya dialektika berjalan."
Lebih lanjut, ia pun menyinggung desakan yang memintanya masuk ke dalam pemerintah.
• Kritik Jokowi soal Corona, Rocky Gerung Bandingkan Beda Ucapan Presiden: Paling Fatal Bawa Intelijen
Rocky mengaku, ada banyak hal yang perlu dilakukan jika akhirnya ia memutuskan masuk ke dalam pemerintah.
Termasuk, membujuk banyak pihak untuk mendukung presiden.
"Misalnya orang bilang 'Dukung presiden dong', kalau saya diminta dukung presiden, artinya saya mesti konsisten meyakinkan saudara-saudara untuk meyakinkan presiden kan?," jelas Rocky.
"Berarti saya ingin supaya tidak terjadi perubahan politik, kan saya ingin dia jangan jatuh kan."
Tak hanya itu, ia juga enggan presiden menjadi sosok otoriter.