Jasad ABK Dibuang ke Laut
Kisah Pilu Keluarga Tak Terima ABK yang Dilarung ke Laut, Hanya Dapat Selembar Surat Kematian
Anggota keluarga ABK yang dilarung ke laut saat bekerja di kapal ikan asal China, Rita Andri Pratama, mengungkapkan rasa berat hati.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Anggota keluarga anak buah kapal (ABK) yang dilarung ke laut saat bekerja di kapal ikan asal China, Rita Andri Pratama, mengungkapkan rasa berat hati mendengar kabar tersebut.
Sebelumnya diketahui, viral video jenazah ABK asal Indonesia yang meninggal dunia akibat sakit dibuang ke laut dari atas kapal.
Tidak hanya itu, muncul dugaan eksploitasi kerja dan upah yang tidak layak bagi para ABK Indonesia di kapal tersebut.

• Fakta ABK, Dibayar Rp 750.000 per Bulan, Dipaksa Melakukan Perbuatan Ilegal dan Kerja selama 18 Jam
Dikutip TribunWow.com, keluarga yang mengetahui kabar tersebut merasa tidak terima.
Rita menuturkan dirinya hanya mendapat surat pemberitahuan kematian berbahasa Mandarin dari perusahaan yang mempekerjakan adiknya.
"Hanya seperti ini kita dikasih tahu," kata Rita Andri Pratama, dikutip dari Kompas TV, Sabtu (9/5/2020).
Ia menunjukkan lembaran surat yang memberitahuan kematian adiknya.
"Yang menginformasikan dari pihak PT-nya," jelas warga Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan tersebut.
Surat tersebut menyebutkan sang adik sudah meninggal dunia dan dilarung ke laut.
Mengetahui adiknya telah meninggal dunia, Rita merasa berat hati karena jenazahnya dilarung begitu saja ke laut.
Namun karena peristiwa itu sudah terjadi, Rita merasa tidak dapat berbuat apa-apa.
"Kalau untuk hati nurani, otomatis tidak terima. Oleh karena sudah dilarungkan, nurut saja," ungkap Rita.
• Jasad ABK Dilarung ke Laut, Kemnaker akan Lakukan Penyelidikan bersama 3 Kementerian Lain
Ia lalu menyampaikan harapannya tentang kasus yang menyebabkan sang adik meninggal dunia.
"Harapannya masalah ini diselesaikan pemerintah setuntas-tuntasnya," tegas Rita.
"Yang salah itu masuk bui atau bagaimana. Yang benar itu tetap benar, tetap tegak kebenaran itu," lanjut dia.
• Cerita Keluarga ABK Indonesia di Kapal China yang Jenazahnya Dilarung: Minta Rekening dengan Saya
Tidak hanya itu, anggota keluarga ABK lainnya, Juriah, mengungkapkan kisah pilunya saat mendengar sang anak telah meninggal dunia.
Juriah adalah ayah dari Ari (25) yang jenazahnya juga telah dilarung ke laut tanpa kabar dan persetujuan keluarga.
Dikutip dari Kompas.com, Juriah menuturkan awal mula anaknya bekerja untuk perusahaan ikan asing tersebut.
Mulanya seorang warga setempat yang tinggal di Pulau Jawa menawarkan pekerjaan untuk Ari.
"Saat itu ada enam mau menerima tawaran orang itu, salah satunya Ari dan temannya akrab, Jefri," jelas Juriah.
Setelah anaknya lama bekerja untuk kapal Long Xing 629 asal China, Juriah menyebutkan tidak dapat menghubungi Ari.
"Tidak pernah menelepon dan kami juga tidak bisa menelepon," ungkap Juriah.
Bahkan pada saat-saat terakhir, Juriah tidak mendengar sepatah kabar pun dari anaknya.
Juriah tahu-tahu hanya mendapat kabar bahwa anaknya telah meninggal dunia.
Juriah menyebutkan dirinya juga tidak tahu anaknya dilarung ke laut.
Ia mengatakan mendapat informasi kematian anaknya dari seseorang yang mengaku sebagai atasan Ari di Jakarta.
"Sekarang baru tahu," ungkap Juriah.
"Yang kedua ada minta rekening dengan saya, ujung-ujungnya tiga hari kemudian menyuruh saya ke Jakarta, (ternyata) anak saya meninggal,” jelas dia.
Juriah dengan tegas ingin menuntut kejelasan penyebab kematian anaknya.
"Kami tidak senang, kami minta kasusnya diusut," tegas Juriah.
• ABK Ceritakan Rekan yang Tewas di Kapal China, Bengkak lalu Sesak Napas: Aku Sampaikan ke Mandor
Lihat videonya mulai menit ke-03.20:
Cerita ABK yang Tewas di Kapal China
Seorang anak buah kapal (ABK), Riski Fauzan, mengungkapkan kronologi rekannya meninggal dunia saat bekerja di kapal ikan berbendera China.
Dikutip TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat dihubungi dalam TvOne, Kamis (7/5/2020).
Seperti diketahui, muncul berita sejumlah ABK Indonesia yang diperlakukan tidak manusiawi saat bekerja di kapal ikan asal China.
• Mengapa ABK Indonesia di Kapal China Tidak Kabur meski Dieksploitasi? Begini Komentar Pengamat
Kemudian viral video jenazah ABK Indonesia yang meninggal akibat sakit dibuang ke laut.
Kabar tersebut mencuat saat disorot stasiun berita Korea Selatan MBC dan menjadi viral di negara itu.
Awalnya, Riski menuturkan bagaimana mereka sudah pasrah mendapat perlakuan seperti itu di atas kapal.
"Tidak berdaya, kami hanya ABK saja," kata Riski Fauzan melalui sambungan telepon.
"Walaupun anak-anak cuma berharap yang penting bisa berharap selamat sampai finish nanti. Jadi lebih ke pasrah," jelas dia.
Sebelumnya Riski Fauzan sempat menuturkan para ABK menderita penyakit yang tidak mereka ketahui namanya.
Ia menyebutkan gejalanya seperti bengkak-bengkak.
Riski mengaku tidak tahu-menahu bagaimana tubuh rekan-rekannya bisa mengalami seperti itu.
"Aku juga enggak tahu," tutur Riski.
"Awalnya, sih, dari kaki aja yang bengkak. Lalu dia menjalar ke paha, ke badan, ke leher, lalu ke muka," lanjut dia.
Diketahui ada tiga ABK yang meninggal dunia selama bekerja di kapal tersebut.
"Akhirnya di ujung, dari satu per satu almarhum langsung kena ke paru-paru. Kayak sesak napas," papar Riski.
Riski menyebutkan dirinya melihat langsung bahkan mendampingi rekannya sebelum meninggal dunia.

• ABK Indonesia Diperbudak di Kapal China, Susi Pudjiastuti Ungkit Kasus Lama Benjina: Bertahun-tahun
Ia kemudian menjelaskan kronologi rekan ABK Sepri yang meninggal dunia.
Awalnya Sepri merasakan sakit dan sesak napas.
"Awalnya almarhum Sepri sekitar jam 02.00-03.00 udah mulai sesak. Napasnya kayak sempit," ungkap Riski.
"Mungkin dalam satu detik bisa berapa kali," lanjut dia.
Sepri rupanya sempat berharap kapal akan segera berlabuh.
Riski lalu menyampaikan kondisi temannya itu ke atasannya di kapal.
"Lalu dia sempat ngomong, 'Bang gimana? Kapalnya mau nyandar apa enggak?'," tutup Riski.
"Lalu aku sampaikan ke mandor kami. Kata mandor kami, 'Nunggu laporan dari perusahaan China'," lanjut dia.
Sepri merasa tubuhnya sudah tidak sanggup lagi bertahan.
Dalam kurun waktu dua jam kemudian, Riski kehilangan seorang rekan ABK.
"Jam 05.00 almarhum masih ngomong lagi, udah enggak kuat katanya," jelas Riski.
"Lalu jam 07.00 beliau pergi ke toilet untuk buang air. Setelah pulang dari buang air itu langsung mengembuskan napas terakhir," papar dia.
• Kesaksian ABK Selamat dari Kapal China, Makan Umpan Ikan Tak Segar: Selain ABK Indonesia Makan Fresh
Riski mengatakan ketiga rekannya cukup lama menderita bengkak-bengkak.
"Kurang lebih 1 bulan. Ada yang lebih ada yang kurang," katanya.
Saat itu ia tidak tahu secara pasti lokasi kapal.
"Aku tidak tahu tepatnya, karena kami tidak pernah lihat monitor kapten di atas," ungkap Riski. (TribunWow.com/Brigitta Winasis)