Virus Corona
Dianjurkan WHO, Dokter Spesialis Paru Ungkap Bahaya Paracetamol untuk Corona: Bahaya Buat yang Lain
Dokter Spesialis Paru Prof. dr. Faisal Yunus menentang penggunaan obat penurun demam atau pereda nyeri paracetamol untuk Virus Corona.
Editor: Ananda Putri Octaviani
Christian menambahkan, jika Ibuprofen telah diresepkan oleh para profesional kesehatan, maka silahkan dilanjutkan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Perancis menekankan bahwa pasien yang sudah dirawat dengan obat anti-inflamasi harus meminta nasihat dari dokter mereka.
Saran Faisal soal rapid test Corona
Awalnya, Faisal menyebut yang selama ini menjadi prioritas pengetesan adalah orang yang sudah positif atau pasien dalam pantauan (PDP).
Meski demikian, Faisal sebenarnya menganggap dokter atau tenaga medis yang menangani Corona harusnya lebih diutamakan dalam rapid test itu.
"Jadi yang pertama, orang-orang yang jelas positif, itu kan kita takut dia menularkan," kata Faisal.
"Nah, terus terang saya sih concern tenaga medis dulu yang sehari-harinya menangani," sambungnya.
Hal ini disebabkan sudah banyak tenaga medis yang terinfeksi Corona dan harusnya yang lain pun segera dideteksi.
"Karena kalau dia terkena, dia kan bisa menularkan yang lain, kan sudah ada beberapa tenaga medis yang sudah terkena," ujar Faisal.
"Kalau itu bisa diperiksa, kan kita lebih tahu, lebih cepat," sambungnya.
• Apa Makan Daging di Tengah Wabah Virus Corona Berbahaya? Simak Penjelasan Guru Besar FKM UI Berikut
Terlebih tenaga medis adalah pihak yang berhadapan langsung dengan para pasien.
Parahnya jika dokter yang menangani Corona juga menangani pasien dengan penyakit lain, sehingga malah bisa menularkan.
"Pertama, perlindungan untuk dirinya, kedua untuk masyarakat sekitarnya. Artinya sehari-hari dia kan tidak hanya menangani Corona," ungkap Faisal.
"Kalau dia praktik, tanpa dia melakukan perlindungan diri, dia bisa menularkan orang lain," imbuhnya.
Selain tenaga medis, pihak keluarga PDP harusnya juga menjadi prioritas lantaran sempat kontak dengan PDP.