Virus Corona
Koreksi Proyeksi Penderita Virus Corona, Kepala Pusat Pemodelan ITB: Bisa Sampai 7 Kali Lipat Lebih
Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung memberikan koreksi terkait data proyeksi penyebaran Virus Corona di Indonesia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Perubahan tersebut tergantung dari jumlah akumulasi pasien dan cara penanganan pemerintah untuk menanggulangi penyebaran Virus Corona.
Diketahui untuk menekan angka penyebaran, pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk melakukan rapid test.
Rapid test tersebut bertujuan untuk dapat mengidentifikasi lebih awal warga yang terjangkit Virus Corona, sehingga bisa dilakukan tindakan lebih lanjut sebelum menyebar luas.
Diharapkan dengan dilakukannya rapid test tersebut, pemerintah bisa segera mengambil tindakan cepat dan mengurangi penyebaran Virus Corona secara drastis.
Keefektifan Rapid Test
Dalam tayangan berdurasi 10.32 menit tersebut, hadir pula Juru Bicara Tim Dokter Pasien Covid-19 RSUP Persahabatan, Jakarta, dr. Erlina Burhan, sebagai narasumber.
Saat ditanya mengenai keefektifan penggunaan rapid test, Erlina mempertanyakan jenis rapid test yang akan digunakan pemerintah.
• Kasus Kematian akibat Virus Corona di Jerman Jadi yang Terendah di Eropa, Bagaimana Bisa?
"Kita lihat dulu rapid test-nya ini cerologi atau yang antigen," ujar Erlina.
Ia menyebutkan rapid test cerologi kurang efektif karena dapat menghasilkan false negative atau mengeluarkan hasil negatif padahal sebenarnya positif.
"Karena kalau rapid test yang dasarnya adalah cerologi, yang periksa darah, itu baru positif kalau ada antibodi, dan antibodi ini baru ada kalau sudah ada gejala," jelas Erlina.
"Nah, jadi kalau di awal-awal kita memakai rapid test yang cerologi atau antibodi ini, maka akan false negative," sambungnya.
Erlina menyarankan agar pada fase awal pemeriksaan, pemerintah menggunakan rapid test antigen.
Rapid tes antigen tersebut mendeteksi virus yang ada di spesimen cairan tenggorokan pasien, sehingga lebih efektif.
Namun ia mengatakan test paling efektif adalah Test PCR yang digunakan Indonesia saat ini.
Tes PCR adalah tes yang juga dilakukan dengan menguji spesimen cairan tenggorokan pasien.