Virus Corona
Apa Risiko Naik Kereta Api, Bus, dan Pesawat di Tengah Pandemi Virus Corona?
Penyebaran virus corona mendorong pemerintah membatasi perjalanan masyarakat. Di Jakarta, jadwal operasi Transjakarta dan MRT sudah dikurangi.
Editor: Lailatun Niqmah
Infeksi seperti yang disebabkan Virus Corona, dapat ditularkan melalui menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan tetesan infeksi seseorang- apakah itu tangan orang yang terinfeksi atau pegangan pintu.
Vicki Hertzberg, dari Emory University di AS, mengambil sampel dari permukaan pada 10 penerbangan lintas benua pada tahun 2018 dan menemukan permukaan itu "tampak seperti ruang tamu Anda".
Dengan kata lain, tidak ada yang menonjol dalam sampel pesawat dibandingkan dengan tes yang telah mereka lakukan di bangunan dan jenis transportasi lainnya, katanya.
Tetapi sulit untuk menggeneralisasi risiko pada semua moda transportasi karena ada berbagai faktor yang menambah atau mengurangi risiko.
Sebagai contoh, pada penerbangan jarak jauh, penumpang mungkin akan bergerak lebih banyak dan, jika mereka terinfeksi virus, risiko penyebaran dapat terjadi.
Pedoman WHO mengatakan posisi dengan risiko tertinggi adalah di dua baris di depan, di belakang, atau di samping orang yang terinfeksi.
Tetapi selama wabah Sars 2003, pesawat yang membawa satu orang yang terinfeksi, 45% dari mereka yang terkena penyakit itu tidak duduk dalam dua baris dekat orang yang terinfeksi.
Saran yang biasa berlaku adalah mencuci tangan, membersihkan permukaan benda, jika memungkinkan, dan bersin dan batuk dalam tisu.
Satu hal yang harus diperhatkan tentang perjalanan udara adalah bagaimana ia dapat mengangkut orang yang berpotensi menular dari satu bagian dunia ke bagian lainnya.
(BBC Indonesia)
Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul "Virus Corona: Apa risiko naik bus, kereta, dan pesawat di tengah wabah virus?"