Kabar Tokoh
Bahas Identitas Tionghoa di Indonesia, Yunarto Wijaya Analogikan dengan Fenomena Anak Bungsu
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, menganalogikan posisi etnis Tionghoa di Indonesia seperti fenomena anak bungsu.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Atri Wahyu Mukti
"Kadang-kadang yang bikin kesel, udah kita jawabnya serius apalagi kalau ada data, terus dia bilang 'Ya udah, kalau enggak seneng, pulang aja ke negeri asalmu!'," katanya.
Mengenai sebutan Tionghoa dengan China, Grace menyebutkan sebetulnya tidak masalah disebut dengan keduanya.
Meskipun menurut beberapa pihak, Tionghoa dirasa lebih sopan untuk menyebut etnis tersebut.
"Memang buat umum, kata Tionghoa itu dirasa lebih halus," jelasnya.
"Mungkin karena di dulu-dulu penggunaan kata China itu konteksnya negatif. Lebih untuk ngatain, kali, ya," kata Grace.
• Virus Corona Sudah Masuk di Singapura saat Turis China Datang Berlibur
Setelahnya, Grace mengakui hal tersebut sempat membuatnya minder dalam berbagai situasi.
"Pertama ada ragunya. Apa yang spek-nya kayak gini cocok, nih, masuk politik?" kata Grace.
Grace menyebutkan dari sekian banyak hinaan yang dilontarkan melalui media sosialnya, intinya adalah ia dianggap bukan orang Indonesia asli.
"Warding-nya bisa beda-beda, tapi intinya bukan orang Indonesia," tegasnya.
Menurut Grace, stereotipe tersebut kurang tepat karena ia mengaku tidak terlalu menguasai identitas etnisnya, seperti kemampuan berbahasa Mandarin.
"Padahal bahasa Mandarin aja enggak bisa," kata Grace sambil tertawa.
"Kalau saya pergi ke China, nih, mau belanja tetap sama kita pakai bahasa kalkulator," tambahnya.
(TribunWow.com/Brigitta Winasis)