Breaking News:

Banjir di Jakarta

Cerita Para Mantan Gubernur Jakarta Atasi Banjir, dari Nongkrong di Pintu Air sampai Menggusur Warga

Berbagai era pemerintahan provinsi DKI Jakarta sudah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisasi dampak banjir, ini cerita para mantan gubernurnya.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Lailatun Niqmah
KOMPAS/JB SURATNO
Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. 

Dana tersebut digunakan untuk membangun Waduk Setiabudi, Waduk Melati, dan Waduk Pluit.

Selain itu, sejumlah saluran air dikerjakan, seeprti Saluran Cakung, Banjir Kanal, Pintu Air Karet, pengerukan Kali Cideng, dan Jembatan Gantung Tanah Abang.

Gugat Anies Baswedan, Tim Advokasi Korban Banjir DKI Singgung Kampanye Pilkada: Harusnya Sudah Fasih

Ali menuturkan banjir pada saat itu sangat merepotkan pemerintahannya.

"Banjir sewaktu saya bertugas sangat merepotkan kita," katanya.

Pada saat itu, Ali bahkan sempat "nongkrong" di Pintu Air Manggarai untuk mengawasi ketinggian air.

"Dengan mengenakan jas hujan, pakaian agak tebal supaya tidak cepat tembus air, topi penahan air hujan, sepatu bot dari karet saya keluar rumah dan nongkrong di Pintu Air Manggarai mengawasi dan ikut mengatur kalau-kalau Banjir Kanal itu airnya naik," ceritanya.

Ia meyakini Jakarta dapat hancur diterjang banjir apabila Banjir Kanal jebol.

"Hendaknya diketahui, bahwa kalau Banjir Kanal bobol hancurlah kota Jakarta. Kita mesti pandai mengatur sampai mana kita bisa menenggang air itu bisa masuk Ciliwung, untuk mengamankan Banjir Kanal," tulis Ali.

Ali menyadari upayanya hanya upaya jangka pendek yang tidak menyelesaikan keseluruhan masalah.

"Yang bisa saya lakukan hanyalah mengeruk muara-muara sungai, normalisasi sungai dan saluran, pembuatan waduk penampungan air dan pemasangan instalasi-instalasi pompa pembuangan air," kata Ali.

Masa Pemerintahan Wiyogo Atmodarminto

Mantan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto juga pernah membahas penyebab Jakarta rawan banjir.

Dalam bukunya Catatan Seorang Gubernur, ia menyebutkan rendahnya topografi Jakarta membuat air dari Jawa Barat mengalir ke Jakarta untuk bermuara di Laut Jawa.

"Sebab, banjir antara lain karena topografi wilayah DKI lebih rendah dari wilayah Jawa Barat. Akibatnya, sungai-sungai yang berhulu di Jawa Barat mengalir ke DKI untuk membuang airnya ke laut Jawa," tulis Wiyogo dalam buku tersebut.

Menurut Wiyogo, permukaan Jakarta seharusnya berada tujuh meter di atas permukaan laut.

Halaman
1234
Tags:
Banjir di JakartaSutiyosoBasuki Tjahaja Purnama (Ahok)Anies BaswedanAli Sadikin
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved