Iran Vs Amerika Serikat
Pakar Hubungan Internasional Sebut Sifat Trump Tentukan Konflik Iran-AS: Twitter-nya akan Gencar
Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah menyebutkan semakin dekatnya waktu senat memvoting pemakzulan Trump akan berpengaruh ke kondisi Iran-AS
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Pengamat Timur Tengah Anan Nurdin mengatakan kondisi di Iran saat ini sedang terbagi menjadi dua kubu, pro dan anti pemerintah.
Ia mengatakan hal tersebut disebabkan oleh aksi pemerintah Iran yang sempat berbohong soal penyebab jatuhnya pesawat komersil milik Ukraina yang menewaskan seluruh penumpangnya.
Dikutip TribunWow.com, Anan mulanya menjelaskan sebelum pengumuman pemerintah Iran soal penyebab asli jatuhnya pesawat Ukraina, warga Iran satu suara menentang Amerika Serikat (AS).

• Pengamat Jelaskan Alasan Warga Iran Protes Tuntut Pimpinannya Mundur: Masalah Dusta
Setelah keluarnya pengakuan Iran yang salah menembak pesawat, hingga akibatkan tewasnya 176 jiwa, muncul warga Iran yang mulai menyalahkan pimpinan mereka.
"Di dalam negeri Iran juga sekarang terjadi dua propaganda yang sangat besar, yaitu kita katakan itu menjadi senjata makan tuan, di mana rakyat yang asalnya berada di belakang penuh pemerintah Iran," kata Anan di acara 'PRIMETIME NEWS' metrotvnews, Senin (13/1/2020).
"Sekarang justru terbalik, bahwa musuh kita bukan lagi hanya Amerika, tapi musuh kita adalah juga para penguasa di Iran itu sendiri," tambahnya.
Anan mengatakan protes-protes tersebut menuntut agar pihak-pihak yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Ukraina dihukum atas kelalaiannya.
"Mereka menuntut bahwa seluruh orang-orang yang terlibat itu dihukum karena melakukan sebuah kesahatan yang sangat memalukan," jelasnya.
Demo terhadap pimpinan tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menurut Anan merupakan hal yang baru.
• Kecam Sanksi AS, Juru Bicara Menlu Iran: Amerika akan Mengakui Kekalahannya
"Sangat sangat besar, sebelumnya tidak pernah terjadi demo yang berani melawan Ayatollah Khamenei sebagai pemimpin tertinggi di Iran," ujar Anan.
Ia mengatakan demo terhadap pimpinan tertinggi Iran sempat terjadi di November 2019, namun karena masih ada sosok Jenderal Qassem Soleimani, protes masih bisa dikendalikan.
"Terjadi sejak bulan November yang lalu, 2019 karena waktu itu krisis ekonomi (embargo AS)," kata Anan.
"Tapi dengan adanya Jenderal Qassem Soleimani itu bisa diatasi walaupun memakan jumlah korban dari demonstran."
"Pada hari ini demonya sudah langusng mengarah kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Khamanei, dan ini bisa dikatakan sebuah kejadian yang jarang terjadi," tambahnya.
Kemungkinan Revolusi Iran