Kabinet Jokowi
Soal Rapor Merah Skor PISA Indonesia, Nadiem Makarim: Tak Perlu Dikemas Jadi Positif
Hasil PISA 2018 masih menempatkan Indonesia dalam peringkat bawah untuk kemampuan literasi, matematika dan sains.
Editor: Lailatun Niqmah
Dalam kesempatan tersebut Mendikbud Nadiem juga mengapresiasi kemajuan pendidikan Indonesia dalam memperluas akses pendidikan.
"Beberapa hal cukup menarik dari hasil rapat ini yang saya tangkap."
"Yang pertama dari sisi akses di mana Indonesia telah secara serempak memasukan anak yang tadinya di luar sekolah ke dalam sekolah. Itu luar biasa achiement kita," ujar Nadiem.
Ia menambahkan, "Memang masih banyak anak-anak yang tidak sekolah atau putus Sekolah tapi sebagai negara besar kita, itu saya rsa luar biasa ya, ini bukan kata saya ya. Ini kata EODC. Ini patut kita banggai."
4. Sadari ketimpangan kualitas
"Kalau untuk yang bagus-bagus kayaknya penting untuk kita lihat, tapi mari kita menyimak yang nggak bagus karena dari situlah kita (harus) belajar lebih banyak," ujar Nadiem lebih lanjut.
"Mas Menteri" menilai, "Yang pertama yang saya lihat adalah dari sisi sumber daya, dari sisi resource. Baik jumlah guru maupun materi yang kita berikan kepada sekolah-sekolah di mana ada murid-murid yang sosial ekonominya masih rendah, itu sangat timpang."
Mendikbud mengakui hasil PISA yang menyebut sebaran guru dan resource berkualitas masih terkumpul di sekolah-sekolah dengan status ekonominya memadai.
5. Bukan hanya sebaran murid, sebaran guru penting
"Pemerataan yang dimaksudkan bukan hanya murid di masukan sekolah mana."
"Pemerataan yang utama adalah pemerataan jumlah guru, pemerataan kualitas guru dan pemerataan sumberdaya yaitu resource. Itu jadi PR penting kita," tegas Nadiem.
• Indonesia Krisis Literasi, Ini Kata Mendikbud Nadiem Makarim
6. Soal bullying dan pendidikan karakter
Mendikbud Nadiem mengaku cukup kaget soal bullying yang menurut catatan PISA masih cukup besar terjadi di sekolah.
"Ini bukan isu yang kecil. Ini isu yang harus kita tangani," ungkap Nadiem.
"Karena mau sampai kapan anak-anak kita dengan ketabahan natural mereka bisa menghindari trauma?"