Breaking News:

Pelantikan Jokowi dan Maruf Amin

Polisi Ungkap Upaya Penggagalan Pelantikan Presiden, dari Bom Katapel, Monyet, hingga Abdul Basith

Polisi membongkar keberadaan kelompok yang merencanakan aksi untuk menggagalkan pelantikan presiden dan wakil presiden RI. Apa saja?

KOMPAS.com/RINDI NURIS VELAROSDELA
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (8/7/2019). 

Selain menggunakan bahan peledak jenis bom katapel, kelompok itu juga merencanakan aksi pelepasan monyet di gedung DPR/MPR RI dan Istana Negara saat pelantikan.

Bahkan, menurut Argo, kelompok itu telah menyiapkan 8 ekor monyet yang akan dilepas.

"Ada juga ide dari kelompok ini yaitu melepas monyet di gedung DPR RI. Sudah disiapkan 8 ekor (monyet), sudah dibeli, tapi belum sempat dilepas," kata Argo.

Argo menjelaskan, pelepasan monyet itu bertujuan untuk membuat kegaduhan saat acara pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih.

"Monyet akan dilepaskan di gedung DPR RI dan Istana Negara biar gaduh," ungkap Argo.

Potret 2 Putra Pemimpin Negara, Kaesang dan Pangeran Brunei Curi Perhatian di Pelantikan Presiden

Berkomunikasi pakai sandi melalui grup WhatsApp

Untuk berkoordinasi dalam merencanakan aksi peledakan, kelompok itu tergabung dalam grup WhatsApp yang beranggotakan 123 orang.

Dalam berkomunikasi melalui WhatsApp, kata Argo, anggota grup menggunakan sebuah sandi khusus yang biasa disebut sandi mirror.

Sandi mirror artinya mengganti huruf dalam keyboard ponsel yang seolah-olah hasil proyeksi dalam cermin.

Contohnya mengganti huruf A menjadi huruf L dan mengganti huruf Q dan P.

Penggunaan sandi dalam berkomunikasi bertujuan untuk mencegah orang lain memahami isi percakapan dalam grup itu.

"Komunikasi dengan sandi mirror agar banyak orang enggak tahu (isi percakapan)," ujar Argo.

Grup itu juga berisi pesan berantai hoaks terkait isu komunisme dan tenaga kerja asing (TKA) asal China.

"Di dalam WhatsApp grup, ada beberapa (anggota grup) yang mempengaruhi suatu kegiatan yang belum diyakini benar. (Anggota grup) di-brain wash (cuci otak) bahwa komunisme sedang berkembang di Indonesia," kata Argo.

Argo menjelaskan, salah satu berita hoaks yang pernah disebar di grup tersebut adalah paham komunisme yang mempengaruhi ideologi Pancasila dan isu China yang menguasai pemerintahan di Indonesia.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
Pelantikan Jokowi dan Maruf AminJokowiArgo YuwonoEggi SudjanaPolda Metro JayaAbdul Basith
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved