Gempa Bumi
Kisah Pengungsi Gempa Melahirkan di Gubuk Reyot saat Badai dan Hujan Lebat, Tak Ada Bantuan Medis
Seorang Ibu bernama Wa Ona Windi, pengungsi korban gempa asal Dusun Waitasi, Maluku, melahirkan bayinya di sebuah gubuk reyot.
Editor: Lailatun Niqmah
Dievakuasi saat gempa susulan
Hingga saat ini, warga di Kairatu, Seram Bagian Barat, masih terus merasakan getaran gempa susulan yang cukup kuat.
Kondisi itu membuat warga belum berani turun ke perkampungan mereka dari hutan-hutan dan perbukitan.
Menurut La Sididi, setelah melahirkan, putrinya sempat dievakuasi ke rumah mereka di Dusun Waitasi.
Namun, karena gempa terus terjadi, putrinya itu kembali ke lokasi pengungsian yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari rumah mereka.
“Anak saya sudah naik lagi ke gunung sambil berjalan kaki, karena tadi gempa sangat kuat barusan terjadi pas mau salat Jumat,” kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, warga di Dusun Waitasi dan dusun-dusun lainnya hingga kini masih berada di lokasi pengungsian dan belum berani turun ke perkampungan.
• Reaksi Wiranto soal Kritik Pedas setelah Sebut Pengungsi Korban Gempa Maluku Beban Pemerintah
Selama sepekan mengungsi di perbukitan, banyak warga belum juga mendapat bantuan baik tenda, sembako maupun selimut.
Selain itu, belum ada bantuan medis dan obat-obatan.
“Kita hanya dapat beras 5 kilogram dan sarimi. Kalau posko kesehatan obat-obatan dan tenaga medis di lokasi pengungsian tidak ada sama sekali,” kata La Sadidi.
Menurut La Sadidi, tenda dan selimut paling dibutuhkan, karena cuaca buruk yang terjadi.
"Memang kemarin ada bantuan tenda, tapi hanya tujuh dan itu tidak bisa menampung ribuan pengungsi,”kata La Sadidi.
(Kompas.com/Rahmat Rahman Patty)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Badai dan Hujan Lebat, Pengungsi Gempa Melahirkan Tanpa Bantuan Medis di Gubuk Reyot"