Terkini Daerah
Gubernur Bali Imbau Kampanye KB 2 Anak Dihentikan, Berikut Penjelasannya
Upaya Gubernur Bali Wayan Koster untuk meng-ajeg-kan kembali Keluarga Berencana (KB) Krama Bali alias KB Bali dengan empat anak bukan sekadar wacana.
Editor: Astini Mega Sari
TRIBUNWOW.COM - Upaya Gubernur Bali Wayan Koster untuk meng-ajeg-kan kembali Keluarga Berencana (KB) Krama Bali alias KB Bali dengan empat anak bukan sekadar wacana.
Koster sudah memberikan instruksi kepada bupati dan wali kota se-Bali untuk menghentikan kampanye KB dua anak, dan diminta mensosialisasikan KB Bali dengan empat anak.
“Imbauan ini secara jelas dituangkan dalam Instruksi Gubernur (Ingub) Bali No 1545 Tahun 2019 tentang Sosialisasi Program Keluarga Berencana (KB) Krama Bali,” kata Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali, Agung Sutha, Kamis, (27/6) di Denpasar.
Instruksi yang ditandatangani oleh Gubernur Koster pada Jumat (14/6/2019) itu berisi tiga poin utama.
Pertama, bupati dan wali kota se-Bali segera menghentikan kampanye dan sosialisasi "Keluarga Berencana (KB) dengan 2 (dua) anak cukup atau 2 (dua) anak lebih baik" kepada jajarannya yang menangani urusan keluarga berencana.
• Gempa Bumi 4,7 SR di Jembrana Bali Terasa Sampai Jember Jawa Timur, Durasinya hingga 20 Detik
Kedua, memerintahkan seluruh jajarannya urusan keluarga berencana agar mengkampanyekan dan mensosialisasikan Keluarga Berencana (KB) Krama Bali berdasarkan kearifan lokal yang diarahkan untuk mewujudkan manusia/krama Bali yang unggul dan berkualitas.
Ketiga, meminta instruksi ini harus dilaksanakan dengan disiplin dan penuh tanggung jawab sebagai pelaksanaan visi Pembangunan Daerah Bali "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru.
Ada beberapa pertimbangan yang diambil oleh Koster dalam mengelurkan instruksi tersebut. Salah satunya program KB bukan membatasi jumlah anak.
Menurutnya KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan.
Selain itu KB dimaksudkan sebagai upaya mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
• Pemandu Jetski di Bali Lakukan Pemerkosaan pada WNA, Dibawa ke Tengah Perairan Dekat Pulau Kecil
Sementara itu, KB Krama Bali juga diarahkan mengatur kelahiran, jarak, dan usia ideal melahirkan.
Selain juga sebagai upaya mengatur kehamilan dengan tetap menghormati hak reproduksi Krama Bali berdasarkan kearifan lokal yang bertujuan mewujudkan manusia atau Krama Bali yang unggul dan keluarga berkualitas.
Pertimbangan berikutnya adalah penghormatan terhadap hak-hak Krama Bali untuk melahirkan anak lebih dari dua orang bahkan empat orang yang penyebutannya terdiri atas Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut atau sebutan lain.
“Ingub tersebut merupakan penghormatan terhadap hak reproduksi Krama Bali yang didasarkan pada kearifan lokal yang telah berjalan turun temurun. Penghormatan hak reproduksi tersebut punya makna bahwa Krama Bali berhak untuk memiliki keturunan lebih dari 2 (dua) orang bahkan sampai 4 (empat) orang, yang sebutannya terdiri atas Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut,” papar Agung Sutha.
• Polisi Ungkap Info Terbaru soal Identitas Mayat Dalam Kardus di Tabanan Bali: Wanita Ras Mongoloid
Populasi Orang Bali
Sebelumnya dalam berbagai kesempatan, Koster selalu menyampaikan jika program KB pemerintah pusat dengan tagline 'dua anak cukup' atau 'dua anak lebih baik' sangat tidak layak untuk diterapkan di Bali.
Sebab, Bali memiliki kearifan lokal dengan empat anak yakni Wayan, Nengah, Nyoman, Ketut.
"Kalau hanya dua anak, maka dua nama terakhir yakni Nyoman dan Ketut akan hilang dari Bali. Kalau Nyoman dan Ketut hilang maka generasi Bali akan habis, kearifan lokal Bali akan habis, populasi orang Bali akan cepat habis, dan seterusnya," katanya.
Maka itu ia berpendapat, populasi orang Bali terus menurun. Bila populasi Bali menurun, maka cepat atau lambat eksistensi Bali dengan kearifan lokalnya akan hilang.
Untuk itu di Bali bukan hanya cukup dua anak, tetapi harus empat anak untuk bisa diberi nama Wayan, Nengah, Nyoman, dan Ketut.
"Selain itu, populasi masyarakat Bali dari tahun ke tahun terus menurun karena kampanye dua anak cukup sudah dilakukan sejak lama dan tertanam kuat di benak masyarakat Bali," ujarnya.
• Tinjau Daerah Wisata di Sulawesi Utara, Jokowi: Jangan Kalah dengan Bali
Dampak dari program KB dua anak ini pun menyebabkan tren pertumbuhan penduduk di Bali dalam lima tahun ini stagnan dan hampir konstan.
Artinya penduduk yang lahir dibandingkan dengan penduduk yang hidupnya berakhir hampir berimbang.
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bali pada Maret 2019, laju pertumbuhan penduduk Bali menurun dari 2,31 persen pada tahun 2010 menjadi 2,14 persen pada tahun 2017.
Selain itu terjadi pula penurunan angka kelahiran total dari 2,3 pada tahun 2012 menjadi 2,1 per wanita usia subur pada tahun 2018.
“Penurunan ini selain sebagai dampak penggunaan kontrasepsi yang telah mencapai 54,8% bagi pasangan usia subur, juga meningkatnya median usia kawin pertama perempuan dari 21,9 tahun menjadi 22,1 tahun,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Catur Sentana, pada rapat koordinasi daerah program kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga (KKBPK) Provinsi Bali tahun 2019 di Denpasar, Maret lalu.
Koster pun meminta kepada BKKBN agar laju pertumbuhan penduduk Bali tidak perlu diturunkan lagi.
Ia juga menyebut kontrasepsi melalui vasektomi merupakan cara yang sadis dan meminta BKKBN tidak memakai cara itu lagi.
• Bus Rombongan Guru TK dan PAUD yang Hendak Liburan ke Bali Kecelakaan di Baluran, 1 Orang Tewas
Warisan Leluhur
Kepala Dinas Disdukcapil-KB Bali I Gusti Agung Ketut Kartika Jaya Seputra juga menyebut kondisi pertumbuhan penduduk Bali asli dalam beberapa tahun terakhir makin menurun.
"Kita ketahui bersama saat ini populasi 'Nyoman' dan 'Ketut' sudah mulai langka, karena itu sesuai arahan Bapak Gubernur kami susun program untuk kembali kepada konsep dan pedoman keluarga warisan leluhur kita di Bali yakni anjuran untuk empat anak," ucap Kartika.
Angka bonus demografi ini terkait dengan pola pikir sebagian masyarakat di mana memiliki dua orang anak dianggap sudah cukup yang ditunjang pula oleh kampanye masif selama bertahun-tahun oleh pemerintah.
‘Akibatnya, trennya cukup mengkhawatirkan,” ujarnya.
Dirinya juga meyakinkan bahwa program ‘KB Krama Bali' ini akan disosialisasikan secara lebih intens dan efektif, menggandeng pula berbagai pihak agar bisa lebih menjangkau ke tatanan rumah tangga terutama pada pasangan muda yang sedang dalam masa subur.
"Tentunya program ini tak hanya menganjurkan untuk sekadar punya lebih dari dua anak, namun juga ada pertimbangan dari berbagai aspek keluarga berencana, seperti pengaturan kelahiran, jarak kelahiran, usia ideal, perlindungan, bantuan dan lainnya. intinya tetap berpegang pada koridor KB," katanya.
• Ingin Berlibur di Bali? Perhatikan 6 Larangan saat Anda Berwisata di Pulau Dewata
Akademisi FK Universitas Udayana, Prof. LK Suryani, juga mendukung Intruksi Gubernur tersebut demi eksistensi penduduk Bali di masa depan.
"Saya merasa Pak Koster hebat, berani menyatakan keluarga berencana itu mengurangi jumlah penduduk Bali," kata Prof Suryani kepada Tribun Bali, Kamis (27/6).
Prof Suryani pun merasa gembira bahwa apa yang dilakukan dengan mencoba merangsek masyarakat Bali agar tidak berpikir dua anak akan terjadi genocide, sudah menunjukkan hasil yang baik.
Padahal secara demografi jumlah penduduk Bali terus menurun. Hal ini sebagai dampak program KB dua anak.
“Setiap orang diharuskan mempunyai dua anak dan setelah memiliki dua anak banyak yang memilih menggugurkan kandungan,” katanya.
(I Wayan Sui Suadnyana)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Populasi Orang Bali Menurun, Koster Setop Kampanye KB 2 Anak Begini Alasannya
WOW TODAY: