Terkini Daerah
Kritik Sistem Zonasi Sekolah, Seorang Siswa Ancam Bunuh Diri karena Tak Diterima di SMA Negeri
Tidak diterima di sekolah negeri yang diinginkan karena zonasi pendaftaran, seorang siswa mengancam bunuh diri dengan mogok makan.
Penulis: AmirulNisa
Editor: Lailatun Niqmah
Sutarmidji mengaku sudah meminta pada Ombudsman, yang bertugas mengawasi pelayanan publik, untuk ikut mengawasi setiap sekolah selama proses pemenerimaan peserta didik.
• Siswa Kelas VI Kerjakan PR di Bawah Lampu Jalanan karena Tak Ada Listrik di Rumah, Lihat Videonya
"Saya sudah minta Ombudsman melakukan pengawasan ketat, jangan ada pelanggaran-pelanggaran lagi dan saya juga berharap ke depan pak menteri tak perlu mengatur seperti ini. Biarkan daerah. Daerah lebih pandai mengatur penerimaan murid," ucap Sutarmidji, Senin (24/6/2019).
Ia berpendapat bahwa menteri tidak perlu mengurus masalah penerimaan murid baru.
Selain itu ia juga berharap agar pemerintah dan menteri dapat membuat kebijakan yang dapat memajukan pendidikan.
"Kalau menteri masih enggak ngurus yang kayak gini, aduh ape ceritanye. Seharusnya cukup buat regulasi yang lain," ucap Sutarmidji.
Ia merasa sistem yang dibuat pemerintah terlalu terburu-buru.
Sistem zonasi pendaftaran peserta didik belum lancar, namun pemerintah sudah akan membuat sistem zonasi, untuk penempatan para guru.
"Die kire nyaman mindahin guru sana sini. Kalau di daerah Jawa mungkin enak, satu hari satu kabupaten bisa tawaf tujuh kali. Nah kalau di sini bagaimane? Itu semue merampot-merampot jak ye," tegasnya.
Baginya sistem penempatan guru sudah dilakukan dengan baik oleh pemerintah daerah dan tidak ada masalah.
• Viral di Twitter Surat dari SD ke Orangtua Siswa soal Ujian yang Telah Selesai, Ini Isinya
Sutarmidji berharap untuk ke depannya masalah pendafataran sekolah dan penempatan guru dapat diurus langsung oleh pemerintah daerah.
Ia juga menyayangkan peraturan pemerintah yang menghilangkan sekolah favorit namun tidak memberikan fasilitas yang memadai secara merata.
"Katenye mau menghilangkan sekolah favorit. Itu bisa dilakukan asal semue dilengkapi dengan fasilitas. Gedung sama, fasilitas sama, kualitas guru sama, nah hilanglah sekolah favorit. Kalau anak-anak cerdas dan pintar, dia perlu penanganan khusus. Perlu ada unggulan itu," ucap Sutarmidji.
Terkait dengan permasalahan sekolah favorit, ia selaku gubernur akan tetap membangun beberapa SMA dan SMK unggulan untuk para siswa di setiap kabupaten/kota.
"Terserah pak menteri mau atur ape, pokoknye kite atur daerah ini. Masak ngatur penerimaan murid saja ribut sedunia begitu," tambahnya.
(TribunWow.com/Ami)
WOW TODAY: