Breaking News:

Pilpres 2019

Ijtima Ulama 3 Minta KPU Diskualifikasi Jokowi-Maruf dan Sebut Ada Kecurangan di Pemilu 2019

Ijtima Ulama 3 meminta KPU dan Bawaslu mendiskualifikasi paslon nomor urut 01 Jokowi-Maruf Amin.

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
BBC Indonesia
"Justru para ulama datang ke sini untuk memberikan ketenangan kepada umat," kata Bachtiar Nasir, panitia pengarah "Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional 3", Rabu (01/05) di Bogor, Jawa Barat. 

Sejauh ini, penghitungan real count KPU sebesar lebih dari 60% dengan keunggulan Jokowi-Maruf sebesar 56% dan Prabowo-Sandiaga sebanyak 44%.

Prabowo Subianto telah mengklaim kemenangan sebanyak tiga kali termasuk pada hari pemilihan umum (17/04) dan mengklaim telah terjadi kecurangan.

Sementara Jokowi pada hari pemilu menyatakan telah melihat hasil quick count sejumlah lembaga survei dan meminta masyarakat bersabar menunggu hasil yang akan diumumkan oleh KPU pada 22 Mei.

Dalam tanggapannya Maman Imanulhaq juga mengatakan "Cara menakut nakuti, mengerahkan people power, adalah cara yang tidak elegan, dan tak dituntun nilai agama kita. Jangan habiskan energi umat yang sudah merespons proses demokrasi dengan baik."

"Jangan mengklaim atas nama umat Islam dan jangan mengklaim atas nama kelompok masyarakat dan mengeluarkan seruan yang kontraproduktif untuk nilai persaudaraan dan nilai-nilai Islam itu sendiri. Kita menghormati proses dan menunggu dengan sabar, dan kita yakin umat Islam akan berkonsentrasi melakukan ibadah khusus di bulan Ramadan," tambahnya.

Saat ditanya apa yang dimaksud dengan kejahatan dalam proses pemilu, Slamet Maarif, Ketua Ijtima Ulama 3, mengatakan," Kenapa kita peserta ijtima mengatakan ada kejahatan, karena ada perbuatan-perbuatan curang yang mengarah ke kejahatan. umpamanya menzalimi suara orang, memerintahkan suara hak orang, kemudian fakta-fakta di lapangan ditemukan bntuk kejahatan juga yang kita indikasikan terstruktur, sistematis, dan masif."

Sejauh ini kubu Prabowo-Sandiaga belum pernah menunjukkan metode penghitungan dalam klaim mereka bahwa capres nomor urut 02 itu menang dalam pemilu.

Tuduhan bahwa seolah-olah Ijtima Ulama ini berusaha menggiring opini bahwa seolah-olah Pemilu 2019 diwarnai kecurangan, ditolak mentah-mentah oleh penyelenggara Ijtima Ulama.

"Justru para ulama datang ke sini untuk memberikan ketenangan kepada umat," kata Bachtiar Nasir, panitia pengarah (steering comittee) "Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional 3, Rabu (01/05) di Bogor, Jawa Barat.

Acara Ijtima Ulama 3, yang dihadiri orang-orang yang disebut sebagai ulama, pemuka masyarakat serta aktivis sejumlah ormas Islam ini, sejak awal menyebut sebagai pendukung pasangan capres Prabowo Subianto dan cawapres Sandiaga Uno.

Pernah Bobol Situs NASA, Bocah SMP Ini Beberkan Tingkat Keamanan Sistem KPU saat Diretas Hacker

Suara pendukung

Bachtiar mengklaim kehadiran ulama justru untuk apa yang dia sebut sebagai upaya "meredam" suara-suara pendukung capres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menganggap ada kecurangan pada penyelenggaraan pemilu tahun ini.

"Posisi kami harusnya diapreasiasi, karena ada arahan (dalam forum agar pendukung Prabowo) tenang, aman, tidak boleh ada chaos," kata Bachtiar.

Sebelumnya, penyelenggara Ijtima (konsensus atau kesepakatan) ulama menyatakan acara ini bertujuan untuk menyikapi proses penghitungan dan rekapitulasi Pemilu 2019.

"Nanti kita akan cari solusi bagaimana menghadapi kecurangan yang ada baik secara syar'i ataupun konstitusional," kata Slamet Maarif, Ketua Ijtima Ulama III, sebelum acara dibuka.

Mahfud MD Sebut Banyak Buzzer di Medsos yang Panasi Situasi Pemilu: Sudah Enggak Karuan Sekarang

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Ijtima UlamaIjtima Ulama 3Slamet MaarifYusuf Martak
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved