Pilpres 2019
Haikal Hasan Heran Ma'ruf Amin Tanggapi Puisi Neno Warisman: 02 Tak Merespon 'Perang Total' Moeldoko
Haikal Hasan mempertanyakan mengapa Calon Presiden kubu 01 Ma'ruf Amin menanggapi puisi Neno Warisman namun tidak merespon pernyataan Moeldoko.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Claudia Noventa
Haikal Hassan kemudian menyinggung apakah maksud Moeldoko merupakan perang Barathayuda yang dijelaskan Haikal merupakan perang saudara yang berbahaya.
"Nah, itu perang keluarga yang membuat hancur kedua belah pihak, jangan-jangan sama (yang dimaksud) karena perang total kan tidak ada dalam situasi ini," ujar Haikal.
"Kan definisi perang total adalah memobilisasi seluruh daya, kemampuan, peluru, itu untuk habis-habisan, jadi logika perang total ini untuk, jangan-jangan ini kepanikan tidak ada lagi kata, sehingga dipilihnya kata perang total, nah stuck-nya elektabilitas Pak Jokowi, itu lawan siapa?," tanya Haikal kembali.
• Debat Panas dengan Kapitra Ampera soal Puisi Neno Warisman, Haikal Hassan: Jangan Jadi Baperan

Haikal juga berharap Moeldoko tidak mudah menyebutkan perang kepada sesama anak bangsa.
"Dalam militer itu, sebangsa setanah air, apakah boleh kita mengatakan anak bangsa itu musuh? Tidak. Pak Moeldoko, kami ini anak-anak bapak, jadi semuda apapun orang di sini, setua apapun orang di sini, semoga para pimpinan ABRI menganggap kami ini anak-anakmu, anak didikmu, keponakannmu, cucumu, dibina, bukan diajak perang total." lanjutnya.
"Doa yang diucapkan Mbak Neno, ini ranah pribadi beliau, Neno sedang berpuisi, dan judulnya puisi Munajat bukan sebuah doa, tapi kenapa tiba-tiba jadi baperan, kok tiba-tiba jadi pembela Tuhan semua? Dan Neno sedang berpuisi, bukan menghina adzan, menghina cadar, bukan menghina Surat Al-Maidah, trus kemana mereka yang membela mereka semua, kok tiba-tiba jadi menyudutkan Neno."
"Mbak Neno itu sedang menginspirasi, sedang mengucapkan curhatnya," lanjutnya.
Haikal juga menyebutkan pada statemennya, ia merespon ucapan Ma'ruf Amin yang mengatakan berdasarkan puisi Neno, kubu 02 menganggap 01 sebagai lawan umat Muslim alias kafir.
"Apa yang disampaikan Pak Kyai Ma'ruf saya musti menanggapi, apa iya Pak Kyai 02 itu menganggap 01 itu musuh? Demi Allah tidak ada."
Ia kemudian menjelaskan dengan pemahaman Kapitra Ampera yang sebelumnya menyebut ada maksud Perang Badar (perang yang pernah dilakukan Nabi Muhammad) dalam puisi Neno Warisman.
Haikal mengatakan jika memang ada maksud perang, ia menafsirkan kubu 01 dan 02 berada pada kubu yang sama.
Menurutnya, sebenarnya ada kubu 03 yang seharusnya diperangi.
"Kalaupun itu ditafsirkan,itu yang menafsirkan kubunya Pak Kapitra ya, itu yang namanya Perang Badar, gimana kalau saya bilang kubu 01 dan 02 berada di kubu yang sama dan musuh itu berada pada kubu 03, yang gentayangan, yang jahat terhadap adu domba antara kita," ujar Haikal.
"Bagaimana kalau ditafsirkan seperti itu? Itu lebih indah pak, daripada menuduh, menafsirkan hati orang," usul Haikal menanyakan ke Kapitra.
Ia pun tak menyukai pernyataan Kapitra yang menyebut Neno dalam puisinya mengajak perang.