Pemilu 2019
Refly Harun: Orang Netral Dalam Musim Pemilu Tidak Cukup Populer
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai masyarakat yang netral dalam musim pemilihan umum (Pemilu) menjadi kurang populer.
Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
Dikatakannya, money politics seperti perjudian saja.
"Karena itu money politics, seperti orang gambling saja, beri pasti ada choice, mungkin dipilih mungkin tidak, kalau tidak money politics Anda tidak akan dipilih," tandas Refly Harun.
• Rocky Gerung Buat Simulasi Debat soal Pelanggaran HAM, Fahri Hamzah: Punya Simulasi Lain Enggak?
• Pengamat Menilai Rencana Prabowo Mundur Nyapres hanya Gimik Politik
Persoalan HAM
Refly Harun juga menyinggung banyak pemimpin di Indonesia yang tidak serius menyelesaikan persoalan HAM masa lalu.
"Saya merasa bahwa mungkin jangan-jangan mood saya mengatakan setiap pemimpin yang hadir, entah itu Jokowi, entah 01 dan 02, itu tidak menganggap penyelesaian masalah HAM masa lalu adalah soal penting," kata Refly Harun.
"Penting untuk didiskusikan tapi barangkali tidak penting untuk dikerjakan," sambung dia.
Setelah itu, Refly Harun mencontohkan soal pembatalan Undang-Undang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) di tahun 2006.
"Komisi kebenaran dan rekonsiliasi tahun 2006 dibatalkan karena undang-undang itu membarter pengampunan dan ganti rugi. Jadi kalau bisa ganti rugi Anda akan diampuni," jelas Refly Harun.
"Makanya kemudian dalam standar internasional, undang undang yang seperti ini undang-undang yang melanggar HAM, karena itu dibatalkan," beber dia menambahkan.
Kendati demikian, kata Refly Harun, banyak pihak yang tidak berinisiatif untuk membuat KKR lebih baik.
"Setelah pembatalan 2006 itu, apakah kita berpikir untuk membuat Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang sebenar-benarnya."
"Jadi kalau kita bicara penegakan HAM termasuk penegakan HAM masa lalu, maka bangkitkan dulu mood yang positif, bahwa memang siapa yang terpilih akan mengerjakan itu."
"Karena kalau tidak, tidak ada gunanya, dia hanya jadi pembicaraan terus menerus," tandas Refly Harun.
(TribunWow.com/Rekarinta Vintoko)