Pemilu 2019
Refly Harun: Orang Netral Dalam Musim Pemilu Tidak Cukup Populer
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun menilai masyarakat yang netral dalam musim pemilihan umum (Pemilu) menjadi kurang populer.
Penulis: Vintoko
Editor: Claudia Noventa
Refly Harun juga menilai Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto tidak bisa dibandingan soal penegakan hukum.
"Saya ingin memberikan beberapa catatan dulu, kalau kita bicara tentang penegakan hukum, kalau kita bicara tentang Pak Jokowi, kita bicara orang yang sudah mengerjakan itu sebagai presiden, jadi yang sudah dilakukan dan yang akan dilakukan," urai Refly Harun.
"Kalau Prabowo, yang akan dilakukan. Dari sini saja sebenarnya sudah tidak seimbang. Kalau saya sebagai pengamat sebagai akademisi, pasti saya akan lebih tertarik akan mengulas apa yang sudah dilakukan," jelas dia menambahkan.
• Cara Kampanye Murah Ala Hengky Kurniawan, Sering Jadi Saksi Nikah
• Top Scorer Liga 1 2018 Aleksandar Rakic, Resmi Berseragam Madura United
Persoalan Korupsi
Refly Harun mengatakan, penegakan hukum soal HAM dan korupsi dianggap masih menjadi masalah.
"Saya bicara tentang mood secara umum tentang penegakan hukum terutama soal HAM dan korupsi. Saya menganggap bahwa, mood secara umumnya kita pasti sebagian besar masih menganggap jadi masalah," ujar Refly Harun.
Oleh karena itu, Refly Harun mempertanyakan apakah ada strategi yang tepat untuk mengatasi hal itu.
Menurutnya, strategi yang biasa tidak akan membuat bangsa Indonesia lepas dari persoalan HAM dan korupsi.
"Kalau strateginya biasa-biasa saja, maka kita tidak akan pernah keluar dari kubangan masalah ini," kata Refly Harun.
Lantas, Refly Harun mencontohkan soal Pemilu dan korupsi, dalam hal ini money politics.
Refly Harun menegaskan dirinya termasuk seorang yang tidak yakin bahwa Pemilu 2019 adalah pemilu yang jujur dan adil.
"Saya selalu mengulangi terus, saya termasuk yang tidak yakin bahwa Pemilu 2019 nanti konstitusional, yaitu pemilu yang jujur dan adil itu pasti tidak ada money politics-nya," ujar dia.
"Tapi di ruangan ini ada enggak yang bisa menjamin kira-kira bahwa nanti calon 01 dan 02 tidak melakukan money politics, saya tidak yakin," imbuh dia.
Menurutnya, masyarakat Indonesia sudah pada tahap keyakinan jika pemilu pasti ada money politics.
'Kita sudah sampai tahap keyakinan bahwa kalau Anda money politics, Anda belum tentu dipilih. Tapi kalau Anda tidak money politics, Anda sudah pasti tidak dipilih, jadi paradigma sudah begitu," beber Refly Harun.