Pembunuhan Satu Keluarga
12 Orang Diperiksa Polisi sebagai Saksi terkait Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi
Satu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan dua orang anak ditemukan tewas di rumahnya di Bekasi pada Selasa (13/11/2018) pukul 06.30 WIB.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Lailatun Niqmah
Lita yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah korban menjelaskan bahwa dirinya sempat menanyakan kenapa korban marah-marah.
Namun, istrinya meminta dirinya tidak perlu ikut campur.
"Saya tanya Istri korban Maya Boru Ambarita. Saya tanya ke isterinya, kenapa bapak marah-marah Bu. Dia jawab udah kamu nggak usah ikutan, sama istrinya ngomong gitu abis itu dia langsung masuk ke dalam," kata Lita.
• Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi, Begini Kesaksian Ketua RT hingga Penemu Jasad Korban

Dia mengatakan bahwa dalam percakapan itu, Diperum Nainggolan terdengar membicarakan soal uang dan mobil.
"Saya enggak lama belanjanya ya sekitar lima menit. Saya enggak dengar rincinya, tapi kedengarannya bicarakan soal mobil dan uang gitu. Nadanya keras kayak orang berantem," ucapnya.
Lita pun kaget ketika mendengar keluarga tersebut tewas.
Dia tak menyangka pertemuannya dengan korban di warung kelontong sehari sebelumnya adalah pertemuan terakhir mereka.
"Saya kaget juga ya satu keluarga tewas gitu. Saya sering belanja ke toko korban itu beli kebutuhan sehari hari, ya itu kan warung sembako, beli makanan beras atau sabun cuci," ucapnya.
Lita mengenalnya keluarga korban sebagai keluarga yang baik.
"Saya sering ngobrol-ngobrol. Cuma suaminya kalau ngomong emang agak tinggi nadanya karena logat Batak mungkin ya, tapi mereka sekeluarga baik saya sering belanja,"katanya.
• Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi - Pakar Psikologi Forensik Duga Pelaku Punya Perbedaan Modus
5. Kesaksian Satpam
Diwartakan WartaKotaLive.com, seorang Satpam sekolah swasta yang biasa berjaga tak jauh dari lokasi kejadian, Agus Amri, mengaku sempat belanja ke warung kelontong milik korban pada Senin (12/11/2018), sekitar pukul 20.30 WIB.
Saat itu, dia membeli rokok dan tidak ada kejadian mencurigakan di rumah korban.
"Warung kan buka sampai jam 11 malam, saya semalam sempat beli rokok di warung korban. Biasa saja tidak ada yang aneh, malah saya sempat bercanda ke korban," katanya kepada Warta Kota, di TKP, Selasa (13/11/2018).
Agus Amri menjelaskan, dirinya biasa piket malam untuk menjaga sekolah swasta itu. Selama berjaga hingga pukul 02.30 WIB dini hari tidak ada hal mencurigakan.
"Enggak ada yang aneh si, biasa saja yang lewat warga-warga yang saya kenal. Kita pindah ngopi setengah 3 subuh. Nah setelah itu saya enggak tahu lagi," ucapnya.
Dia mengatakan bahwa dirinya baru mengetahui kasus pembunuhan satu keluarga tersebuti pada pagi pukul 06.30 WIB.
"Ada penghuni kos teriak-teriak. Manggil saya sama teman. Saya juga datang ada RT RW mendobrak rolling door sama pintu. Saya enggak berani masuk, lihat dari jauh banyak darah sama korban tergeletak," katanya.
(TribunWow.com/Ananda Putri Octaviani)