Pilpres 2019
Jawab Nazaruddin Sjamsudin, Andi Arief: Tadinya Kita Berharap Ada Penerimaan atas Elektabilitas AHY
Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief tampak memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh mantan Ketua KPU Nazaruddin Sjamsudin.
Penulis: Laila N
Editor: Mohamad Yoenus
TRIBUNWOW.COM - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief tampak memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan oleh mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Nazaruddin Sjamsudin.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui laman Twitter @AndiArief_ yang diunggah pada Jumat (10/8/2019).
Awalnya, Nazaruddin menanyakan kenapa dari awal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak memimpin koalisi dan memperjuangkannya sendiri.
• Mahfud MD: Keputusan Jokowi adalah Realitas Politik, Saya Maklumi, Tak Perlu Merasa Bersalah
@nazarsjamsuddin: Yg saya ga habis pikir sampai pagi ini, knp SBY mempercayakan masa depan anaknya kpd partai2 lain.
Knp dia ga memperjuangkannya sendiri dari awal dg membentuk dan memimpin sebuah koalisi.
Kini nasi sudah menjadi bubur.
Menanggapi hal tersebut, Andi Arief mengatakan apabila putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memiliki elektabilitas dalam usianya yang baru 40 tahun.
Ia pun menyebut modal suara yang dimiliki oleh Demokrat hanya 10,2 persen, sehingga harus membentuk koalisi.
• Guntur Romli Bahas Mahar Rp 500 Miliar dari Sandiaga Uno, Gerindra: Biar Itu Menjadi Urusan Kami
@AndiArief__: Penjelasannya karena AHY punya elektabilitas dalam usianya yang baru 40 th dan cukup tinggi.
Simulasi capres cawapres dia bisa mendongkrak suara baik jkw dan 08 yg sama2 stagnan.
Tapi AHY hanya potensial di cawapres dg midal suara demokrat 2014 hanya 10.2 %.
Lebih lanjut, Andi Arief mengatakan jika Demokrat sadar apabila Prabowo memiliki elektabilitas tinggi.
Oleh karena itu mereka awalnya memilih berkoalisi dengan Prabowo Subianto.
@AndiArief__: Partai Demokrat sadar bahwa Prabowo dan Jokowi yang tinggi elekt. itulah mengapa tdk ada inisiatif dari Demokrat utk bangun koalisi sendiri.
Tadinya, kita berharap ada penerimaan rasional atas elekt AHY. Ternyata tidak terjadi.