Bom di Surabaya
Bom Surabaya Dikaitkan dengan JAD, Mantan Napiter: Black Widow (Wanita) Bisa Picu Serangan Besar
Pihak kepolisian mengatakan jika rangkaian bom di Surabaya melibatkan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), berikut fakta-fakta tentangnya!
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Pihak kepolisian mengatakan jika rangkaian bom di Surabaya melibatkan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Pelaku bom 3 gereja di Surabaya merupakan satu keluarga yang dikepalai oleh Dita Oeprianto.
Dita sendiri merupakan Ketua Jaringan JAD Surabaya.
Berikut sejumlah fakta terkait JAD.
Sel dari ISIS
JAD termasuk sel dari jaringan teroris internasional, ISIS.
"Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansharut Tauhid). Keduanya terkait dengan ISIS," kata Kapolri Tito Karnavian, Minggu (13/5/2018).
JAD berbaiat pada ISIS sejak tahun 2015.
• Tanggapi Omongan Fadli Zon, Joko Anwar: Misleading dan Tendensius Bahkan untuk Anda, This is Too Low
Aman Abdurrahman
JAD diketuai oleh seorang Aman Abdurrahman, terpidana 9 tahun penjara atas kasus pelatihan terorisme di Aceh.
Kini Aman telah mendekam di penjara Mako Brimob.
Zainal Anshori
Setelah Aman ditangkap, tampuk pimpinan diserahkan kepada Zainal Anshori.
Zainal sendiri mengaku menganggap Aman sebagai gurunya.
"Beliau (Aman) sebagai guru, ustad, sehingga saya membesuk," ujar Anshori saat bersaksi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (9/3/2018), dikutip Kompas.com.
Zainal mengaku jika selama membesuk, Aman selalu memberikan kajian.
"Beliau setiap bertemu memberikan tausiyah, tetapi dalam penjelasannya kadang-kadang menjawab pertanyaan yang kami ajukan," imbuhnya.
Zainal Anshori sendiri divonis 7 tahun penjara oleh mejelis hakim PN Jakarta Timur Februari lalu,
Zainal Anshori divonis lantaran terlibat dalam penyelundupan senjata api dari Filipina.
Senjata-senjata itu kemudian dipakai dalam aksi teror bom Thamrin.
• Mahfud MD: Keselamatan Rakyat Adalah Hukum Tertinggi, Lebih Tinggi dari UU dan UUD
Target
Selama ini, JAD dikenal mentargetkan polisi sebagai sasaran serangan teror mereka.
JAD dianggap bertanggung jawab aats sejumlah aksi teror di Indonesia.
Diantaranya bom Thamrin, bom Polres Surakarta, penyerangan penyerangan Mapolres Banyumas, bom panci di Cicendo Bandung, baku tembak di Tuban, Jawa Timur, hingga bom di Gereja Oikumene Samarinda.
Instruksi ISIS
Terkait peristiwa bom di Surabaya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan jika motifnya adalah instruksi dari ISIS.
ISIS saat ini dinilai terdesak keberdaannya oleh sejumlah negara besar, seperti Amerika Serikat dan Rusia.
ISIS disinyalir memerintahkan seluruh jaringannya di berbagai negara, termasuk di Indonesia untuk bergerak dan melakukan aksi teror.
Balas Dendam
Selain instruksi dari ISIS, rentetan aksi pengeboman di Surabaya ini juga dilatarbelakangi oleh amarah dan balas dendam.
Hal tersebut lantaran, para pentolannya mendekam di dalam penjara.
Tito Karnavian menuturkan, jika aksi ini dimulai dari serangan di Mako Brimob Kelapa Dua beberapa waktu lalu.
Tito menuturkan jika motif penyerangan bukan hanya soal makanan, tapi mereka telah memendam amarah sebelumnya.
"Jadi penyebab kerusuhan di Mako Brimob bukan sekadar soal makanan. Mereka sudah memendam kemarahan," kata Tito di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Minggu (13/5/2018) sore.
• Beredar Isu Terorisme Pacsa Serangan Bom di Surabaya, Simak! Berikut Info yang Benar dan yang Hoax
Kesaksian Mantan Napiter, Sofyan Tsauri
Ada Transfer Teknologi dari Sel Jaringan Lama
Sofyan Tsauri menuturkan jika ada transfer teknologi dari sel lama ke sel-sel jaringan yang baru.
Hal ini dapat dilihat dari ledakan yang muncul, di mana bom yang meledak lebih dahsyat.
Adanya transfer teknologi juga tampak dari perubahan pola target mereka.
Jika sebelumnya mereka menargetkan aparat kepolisian, kini berganti juga menjadi rumah ibadah.
"Ini agak aneh, dapat disimpulkan, dalam jaringan mereka, yang mana lebih jelas kekafirannya, dan yang lebih bahaya kerusakannya, itu yang sering mereka pakai dalilnya," ucap Sofyan, dikutip Metro TV, Minggu (13/5/2018).
Logistik
Sofyan menyatakan jika dana yang didapat tidak terlalu mahal, terutama untuk bom bunuh diri ini.
Terlebih lantaran mereka juga cukup berpengalaman.
Libatkan Wanita (Black Widow) dan Anak-anak
Sofyan juga mengungkapkan jika melibatkan wanita dan anak-anak dianggap bisa memicu serangan lebih besar di kalangan mereka.
"Hal ini tidak aneh, karena istilah Black Widow itu telah digunakan oleh kelompok mujahidin di Georgia Utara, bahkan mereka termasuk pengatur rencana.
Wanita ini diambil dari janda-janda yang suaminya terbunuh dalam sejumlah serangan sebelumnya.
• Denny Siregar: DPR Mandul, Pak Jokowi Segera Keluarkan Perppu Antiterorisme, Kami Butuh Keamanan
Di Irak dan Suriah juga kini telah melibatkan anak-anak.
Menurut Sofyan, ini adalah tren baru, yang dianggap hanya ada di luar negeri.
Namun faktanya kini juga telah diadopsi dan diterapkan di Indonesia oleh jaringan JAD.
Penggunaan wanita sendiri menurut Sofyan ada 2 kemungkinan yang mendasari.
Pertama untuk memotivasi para pria.
"Kalau perempuan dan anak-anak saja berani melakukan, itu akan memprovokasi laki-laki JAD untuk lebih berani lagi dalam melakukan perlawanan kepada pemerintah atau target-target yang mereka tentukan," imbuhnya. (TribunWow.com/Lailatun Niqmah)
• Ferdinand Hutahaean: Jokowi Perlu Evaluasi Posisi Ibu Megawati, Percuma UKP Dibentuk Jika tak Kerja