Hardiknas 2018, Fadli Zon: Datangkan 200 Dosen Asing Tidak Akan Perbaiki Mutu dan Iklim Akademik
Peringatan Hardiknas 2018, Fadli Zon menyoroti sejumlah isu-isu yang saat ini tengah dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia.
Penulis: Lailatun Niqmah
Editor: Lailatun Niqmah
Tapi seharusnya kenaikan peringkat itu tidak dicapai melalui cara instan dan artifisial.
Rencana pemerintah mendatangkan 200 orang dosen asing dgn anggaran Rp300 miliar itu, misalnya, menurut sy adlh cara artifisial untuk mendongkrak mutu pendidikan kita.
Cara itu tidak akan memperbaiki mutu dan iklim akademik.
Itu tak ada bedanya dengan mengatasi krisis pangan melalui impor.
Untuk jangka pendek mungkin menolong, tapi itu bukanlah jalan keluar.
Kita seharusnya bisa belajar dari dibubarkannya Sekolah Berstandar Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) oleh Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2013 silam.
MK menilai pembentukan SBI dan RSBI berpotensi mengikis rasa bangga dan karakter nasional, karena kurikulum dan lain sebagainya asing semua.
Hal ini dianggap bertentangan dengan amanat konstitusi.
Membangun pendidikan yang bertaraf internasional tidak harus mencantumkan label internasional.
Dan meniru sistem pendidikan luar negeri tidak memberikan jaminan bahwa kita akan berhasil dgn cara yg sama.
Apakah jika kita meniru model pendidikan Universitas Cambrdige atau Oxford kita bisa menghasilkan perguruan tinggi sekelas Cambrdige atau Oxford?! Kan tidak.
Pemerintah, kaum akademisi dan guru, mestinya menyadari persoalan ini.
Inilah salah satu sebab knp meskipun kita sdh menganggarkan 20 persen APBN kita untuk pendidikan, namun kualitas pendidikan kita seperti jalan di tempat.
Karena kita keliru mendefinisikan pendidikan.
Sy kasih satu contoh kasus. Coba bayangkan, pada zaman kolonial, siswa AMS selama tiga tahun bersekolah mereka minimal telah menyelesaikan 25 buku sastra. Itu tuntutan pendidikan zaman itu.
Sementara pd 1997, menurut penelitiannya Pak Taufiq Ismail, yg melakukan penelitian terhadap lulusan SMA di 13 negara, siswa-siswa SMA kita saat ini tidak harus menamatkan satu judul bacaan pun untuk bisa lulus.