Pilpres 2019, Andi Arief: Prabowo Tegas, tapi Analisisnya Kurang Akurat, Itulah Kenapa Sering Kalah
Staf khusus Presiden di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Andi Arief, menuliskan cuitannya soal prediksi Jokowi dan Prabowo di pilpres 2019
Penulis: Woro Seto
Editor: Woro Seto
TRIBUNWOW.COM - Staf khusus Presiden di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Andi Arief, menuliskan cuitannya soal prediksi Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam menghadapi pilpres 2019.
Dilansir TribunWow.com, melalui akun Twitter @andiarief__, cuitan itu beredar, Senin (26/3/2018).
Diketahui, Jokowi mengungkapkan dirinya telah diusung PDI Perjuangan sebagai calon presiden untuk Pilpres 2019.
Dalam Rakernas kali ini Ketum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dengan menggunakan hak prerogatifnya yang digunakan dalam kongres partai telah menetapkan kembali saya sebagai presiden 2019- 2024," ujar Jokowi, usai membagikan sertifikat tanah di Pura Dalem Sekenan, Denpasar, Bali, Jumat (23/2/2018).
Sementara itu, Prabowo Subianto selaku ketua umum partai Gerindra belum mendeklarasikan calon yang akan diusungnya sebagai calon presiden.
POPULER: Bank Dunia Bantah Ucapan Hanafi Rais, Mohamad Guntur Romli: Bapak Anak Sama-sama Ngawur
Meski demkian, prediksi soal majunya Prabowo kerap dijadikan bahan pembicaraan publik.
Lantaran hal itu, Andi Arief ikut memprediksi soal pilres 2019.
Begini puluhan cuitan Andi Arief
"Elekt Jokowi terus di bawah 44%, sementara Prabowo di bawah 26%. Pertanyaannya kenapa Prabowo hanya mendapat limpahan sebesar itu?
Pak Prabowo yang elekt terus di 20-an akan berargumentasi mereka yang belum tentukan pilihan pasti akan memilihnya, apa iya?
Sementara Pak Jokowi juga akan berpendapat sama, tidak sulit untuk meraih 10 persen lagi dari yang belum memilih, sehingga yakin menang.
VIRAL: Fahri Hamzah: Banyak Pemimpin Aneh di Dunia, Mulai yang Ekstrem Gila, dan Bermental Otoriter
Bagi yang ingin mengganti Presiden, tentu harus kritis dan punya hitungan tepat apakah modal 20 persenan suara Prabowo cukup?
Kenapa Pak Prabowo yang harus dianalisis ketat, karena Pak jokowi gak bisa dikutak-katik pendirian pencalonan elekt besar dan inkumben.
Pilkada DKI tdk bisa rujukan pilpres. Kenapa? Faktor kesukaan Ahok dulu 53 %, sementara pada Jokowi hampir 70%. Artinya, potensi berbeda.
Hampir 70% Pak Jokowi itu harus dibaca cermat, mungkin saja elekt di bawah 45% disebabkan karena soal ekonomi dan berharap ada perbaikan.
Artinya, potensi 25%an sisa yang menyukai Jokowi tapi belum memilih, bukan berarti akan lari ke Prabowo. Karena mereka tak benci Jokowi.
Pak Jokowi beda dengan Ahok. Sampai lebaran kuda, Ahok gak bakal menang karena yang suka hanya 53% sebelum ada almaidah.
POPULER: Kritik Sri Mulyani, Rizal Ramli: Negara Rugi 130 Triliun Rupiah, Itu Tidak Bijaksana dan Kriminal
Penambahan suara untuk pak Prabowo kalau demikian akan dari mana? Itu jadi persoalan. Karena sisa 25 % mustahil beralih utk Prabowo.
Sekarang dihitung terbalik, yang tidak suka Jokowi 30 %, bagaimana menarik yang suka Jokowi 25%an? Mungkin bisa ditarik figur baru.
Harus dikaji serius apakah mood politik Islam itu akan menangkan Prabowo, menurut saya tidak. Ahok kalah ada penjelasannya, ketidaksukaan.
Pak Prabowo yang saya kenal, sering mengambil posis tegas tapi dengan analisa yang kurang akurat, itulah kenapa sering alami kekalahan.
Siapa sih yang diinginkan rakyat dalam survey2 utk menantang Jokowi? Semua survey menyebut dua nama potensial: AHY dan GN. Coba cermati.
VIRAL: Ditanya Alasan Jarang Kritik Pemerintahan Jokowi, Fadjroel Rachman Beri Jawaban
AHY dan GN dua figur yang jika dijumlahkan elekt wapresnya di atas 30 persen. Memang di elekt capres mereka berdu belum dua digit.
Saya memperkirakan dg basis modal dua digit di wapres, AHY dan GN adalah dua orang yang tipenya akan lebih besar elekt setelah dicalonkan.
Bagaimana Anies? Mengapa efeknya tidak sebesar Jokowi? Dugaan saya Anies tipenya sama dengan GN dan AHY, akan besar elekt jika dicalonkan.
Menurut saya, kalau ketiga nama ini AHY, GN dan Anies sama sekali tidak dihitung oleh yang ingin mengganti Presiden, buang jauh2 mimpi itu.
Partai demokrat dengan figur AHY miliki prioritas suara partai naik . Dengan dua jalan figur ikut kontestasi atau kerja keras kader." (TribunWow.com/Woro Seto)
Baca juga: Isu Telur Palsu, Fadjroel Rachman: Sedih Melihatnya, Kebencian tak Ada Habisnya