Penelitian Ini Menjelaskan Menguap Ternyata Bisa Menular
Bahkan menahan menguap justru membuat dorongan itu lebih kuat lagi. Studi baru itu melibatkan 36 relawan dewasa.
Editor: Yudie
Mereka juga menemukan bahwa kemungkinan seseorang menguap karena secara langsung melihat yang lain terkait dengan betapa menggairahkan korteks motornya.
"Beberapa dari kita memiliki jaringan motor yang sangat bagus dan sangat rentan terhadap menguap menular, sementara yang lainnya kurang begitu," kata penulis utama studi tersebut Stephen Jackson, profesor cognitive neuroscience dari University of Nottingham.
Dalam percobaan terpisah, tulis Time, para peneliti menguji gagasan ini dan menemukan bahwa stimulasi otak listrik ringan meningkatkan rangsangan ke korteks motor.
Hal itu pada gilirannya mendorong kecenderungan masyarakat untuk menguap menular.
Kemampuan untuk mengubah rangsangan ini -dan dengan itu, kekuatan dorongan semacam itu-mungkin penting untuk memahami kondisi neurologis lainnya, kata para periset.
Dalam artikel yang ditayangkan Time, Jumat (1/9/2017) itu menguap adalah bentuk echophenomena (diartikan sebagai peniruan otomatis dari ucapan atau tindakan seseorang). Karakteristik ini yang juga terlihat pada kondisi seperti epilepsi, demensia, autisme, dan sindrom Tourette.
Memahami bagaimana rasangan menguap dan kekuatan mengubah dorongan menguap bisa menjadi langkah maju dalam dunia medis.