Breaking News:

Arti Sandi Merica, Lontong dan Nangka dari Kampret Saat Operasi Timor Timur

“Kami belum melihat Kampret, baru dengar suaranya saja,” jawab pasukan di darat.

Editor: Mohamad Yoenus
Sumber gambar: Kolonel (Pur) Soenyoto
OV-10F Bronco yang diterbangkan Kapten Yuni Purworiadi saat membawa Kapten Soenyoto yang bertugas mendokumentasikan operasi udara di Timor Timur. 

OV-10F pun mengulangi lagi lintasan penerbangan seperti penembakan pertama.

“Oke, ini Merica lagi, lebih banyak,” kata pilot.

Setelah itu terdengar lagi rentetan tembakan yang lebih panjang ke arah pohon besar di bawah.

Pada lintasan Kampret yang ketiga Kapten Yuni memberi aba-aba lagi kepada pasukan darat.

“Sekarang saya kirimkan Lontong.”

Setelah itu pesawat menukik lagi dan terlihat dari sayap kiri dan kanan roket FFAR melesat dengan suara mendesis.

Dua roket mengarah ke pohon besar di arah depan dan setelah itu hilang dari pandangan karena Kampret melakukan pull-up.

Terdengar di radio pesawat suara sorak sorai pasukan darat yang tentunya menyaksikan bagaimana para Celeng kocar-kacir karena dilempari Lontong.

“Pusing ya Pak Nyoto? Kalau mau muntah, muntah saja, kan bawa kantong plastik,” kata Yuni memberi instruksi kepada Soenyoto yang merasa lemas.

“Baguslah kalau tidak pusing. Kita lanjutkan lagi satu lintasan untuk mengirim Nangka,” kata Kapten Yuni.

Di lintasan ketujuh yang menjadi lintasan terakhir sebelum kembali ke Lanud Baucau, Kampret mengirim dua Nangka ke sasaran.

Bom seberat 250 kg itu sebagai salam perpisahan kepada para Celeng.

“Saya kirimkan dua Nangka. Awas jangan dekat-dekat pohon besar itu,” ujar Kapten Yuni kepada pasukan di darat.

Kampret menukik lagi dan melepaskan dua bom 250 kg dari sayap kiri dan kanan.

Setelah itu Kampret melakukan pull-up dan terdengar suara gemuruh ledakan bom.

Halaman 3/4
Tags:
Operasi Timor TimurPrabowo SubiantoTNI AU
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved