Breaking News:

Terkini Nasional

Ditangkap Densus 88, Pelaku Perekrut Teroris Anak Sempat Bakal Lakukan Teror di Gedung DPR

Polisi ungkap 1 dari 5 pelaku yang ditangkap Densus 88 karena diduga melakukan perekrutan teroris anak mengaku sempat akan beraksi di Gedung DPR RI.

Website MPR RI
Gedung MPR/DPR/D[D RI - Komplek MPR/DPR/DPD RI. Terbaru, polisi ungkap satu dari lima pelaku yang ditangkap Densus 88 karena diduga melakukan perekrutan teroris anak mengaku sempat akan beraksi di Gedung DPR RI, Selasa (18/11/2025). 

3. PP alias BMS (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, usia 37 tahun. Keduanya ditangkap 22 September 2025

4. MSPO asal Tegal, Jawa Tengah, usia 18 tahun

5. ZZS alias BS asal Kabupaten Agam, Sumatra Barat, usia 19 tahun. Keduanya ditangkap 17 November 2025

Modus Rekrutmen

Karopenmas Polri Brigjen (Pol) Trunoyudo Wisnu Andiko membeberkan modus rekrtumen yang dilakukan pelaku.

Menurut Trunoyudo, pelaku menggunakan game online, hingga layanan pesan instan untuk menjalankan aksinya.

“Modus rekrutmen anak dan pelajar dengan memanfaatkan ruang digital, termasuk diantaranya media sosial, game online, aplikasi perpesan instan dan situs-situs tertutup," kata Trunoyudo, Selasa (18/11/2025), dikutip dari Kompas.com.

Adapun propaganda yang dilakukan oleh pelaku juga dilakukan lewat media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Pelaku awalnya menyebarkan konten utopia atau imajinasi "dunia idela" yang menarik minat anak-anak.

Konten-konten ini disebarkan lewat berbagai platform media sosial maupun game online yang menyediakan fitur komunikasi antar pemain.

Jika pelaku sudah merasa mendapat korban yang potensial, mereka akan mengarahkan untuk melakukan percakapan yang lebih intens di platform seperti WhatsApp dan Telegram.

"Propaganda didiseminasi dengan menggunakan video pendek, animasi, meme, serta musik yang dikemas menarik untuk membangun kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis," jelasnya.

Trunoyudo juga menuturkan sejumlah faktor yang dapat menjadikan seorang anak rentan menjadi korban.

Misalnya anak yang pernah menjadi korban perundungan (bullying) dan kurang perhatian oleh keluarga (broken home) hingga kurangnya literasi digital disebut akan mudah terjebak dalam propaganda pelaku.

(TribunWow.com/Peserta Magang dari Universitas Airlangga/Afifah Alfina)

Halaman 2/2
Tags:
Terkini NasionalTerorisGedung DPR RIDensus 88
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved