Namun, peluru itu juga mengenai tangan S yang memegang pundak A.
"Waktu itu S sadar, cuma enggak tahu kalau pelurunya masuk, dikiranya cuma efek samping. Tapi, saya sadar, saya kena peluru, mikir, masuk apa enggak ya, masuk apa enggak ya. (Peluru) nyerempet terus masuk ke tangan S," lanjut dia.
A mengaku fokus berkendara saat pulang nongkrong dan tidak merasa berpapasan dengan Aipda Robig.
Dia mengatakan, saat pulang beriringan 3 motor dan semua berboncengan.
Baca juga: Komnas HAM Pantau Lokasi Pelajar yang Ditembak Mati Oknum Polisi di Semarang, 14 Saksi Dilibatkan
"Enggak ada (TKP selain Alfamart), tiba-tiba di Alfamart itu. Cuma tiga motor. (Jarak dengan motor gamma) Jauh, soalnya yang Gamma motor pertama, motor kedua temannya S, saya motor ketiga posisi paling belakang," beber dia.
A menyebut rombongannya itu mulai mengebut saat melihat Robig menodongkan pistol ke arah mereka.
"Motor kedua enggak ada yang luka, malah dia saja kaget saya kena. Pertama iring-iringan, terus lihat ada yang nodong, terus pada kenceng. Nah, itu enggak tahu (kabar Gamma), habis itu langsung bubar semua. Sampe pagi enggak tahu kabar, tiba-tiba mau magrib tahu-tahu (Gamma) sudah meninggal," ujar dia.
"S masih belum begitu pulih, karena pelurunya sempat bersarang di tangan.
Jadi ada blung tembus, karena di sini ada tulang berhenti di situ," ucap Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Penyambung Titipan Rakyat (PETIR) Zainal Abidin Petir yang merupakan kuasa hukum A dan Gamma. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengakuan Korban Penembakan Aipda Robig: Enggak Ada Serempetan, Langsung Nodong, Dor!."