Setiap saluran memiliki audiens yang berbeda dan cara menyampaikan pesan yang berbeda pula.
Contoh: Untuk audiens muda, saluran seperti Instagram atau TikTok mungkin lebih efektif, sementara audiens profesional mungkin lebih menerima pesan melalui LinkedIn atau email.
5. Menciptakan Hubungan dan Dialog Dua Arah
Komunikasi pemasaran yang efektif bukan hanya tentang menyampaikan pesan satu arah, tetapi juga membangun dialog dengan audiens.
Berikan kesempatan bagi audiens untuk memberikan umpan balik, berinteraksi dengan merek, dan membangun hubungan lebih dalam.
Ini akan meningkatkan keterlibatan dan membuat pesan lebih berkesan.
Contoh: Menggunakan media sosial untuk mengajak audiens berinteraksi melalui polling, komentar, atau pertanyaan.
6. Menggunakan Emotional Appeal (Pendekatan Emosional)
Komunikasi yang mempengaruhi emosi konsumen sering kali lebih efektif daripada sekadar menyampaikan informasi.
Menghubungkan produk atau merek dengan nilai atau emosi tertentu (seperti kebahagiaan, rasa aman, atau keberhasilan) dapat memperkuat hubungan dengan audiens dan meningkatkan daya tarik.
Contoh: Menggunakan narasi atau cerita dalam iklan yang menggugah emosi atau menampilkan bagaimana produk dapat meningkatkan kehidupan konsumen.
7. Mengukur dan Menganalisis Efektivitas
Setelah komunikasi diluncurkan, penting untuk memantau dan mengevaluasi seberapa efektif komunikasi pemasaran tersebut dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Menggunakan metrik dan alat analisis untuk mengukur respons audiens (seperti tingkat klik, konversi, atau penjualan) membantu dalam menentukan apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki.
Contoh: Menggunakan Google Analytics untuk melacak pengunjung situs web atau menggunakan alat media sosial untuk menganalisis tingkat keterlibatan audiens.