Lika Santosa menggedor pintu ruangan bidan dan perawat itu untuk menanyakan keseriusan mereka menangani istrinya.
"Saya tanya kenapa, apa tidak mau ngurus, apa tidak mau ngasih rujukan, saya cemas lihat kondisi istri saya. Apalagi dari jam satu tadi sudah pecah ketuban sampai jam tiga belum lahir.
Harusnya mereka cepat-cepat ngasih rujukan kalau satu jam saja sudah pecah ketuban belum lahir, ini malah lari ke ruangan mau tidur dulu tadi," ujar Lika Santosa.
Usai dia menggedor sambil sedikit emosi karena panik, dua bidan dan seorang perawat tadi kembali ke ruangan persalinan istrinya.
Kata Lika Santosa, mereka mengusir ibu mertuanya karena dianggap tidak bisa membantu persalinan, padahal itu orangtua kandung istrinya yang seharusnya tetap mendampingi.
"Ibu mertua saya diusirnya, dia ngomong ibu tidak bisa bantu di dalam, ibu keluar saja. Terus saya mau masuk ke dalam ruangan itu ternyata dikunci dari dalam, saya pasrah saja," katanya.
Lika Santosa menyayangkan lambannya pihak Puskemas Pauh memberikan rujukan ke rumah sakit.
Baru sekitar pukul 04.00 subuh, bidan dan perawat tadi menghubungi bidan senior di Puskesmas Pauh untuk konsultasi.
Baca juga: Viral Bayi Laki-laki di Kupang Mengandung Janin, Diketahui setelah Sebulan Lahir, Begini Nasibnya
"Jam empat itu baru dia nanya ke bidan senior apa mau dilakukan tindakan rujukan. Bidan senior itu ada di rumah. Baru setelah jam lima itu berangkat dirujuk ke rumah sakit AR Bunda (di Kota Lubuklinggau)," cerita Lika Santosa.
Kisah memilukan itu tak cukup sampai di situ, di tengah perjalanan ke Kota Lubuklinggau, ambulans yang membawa istrinya mengalami kendala.
Sebagaimana diketahui perjalanan dari Puskesmas Pauh ke Kota Lubuklinggau membutuhkan waktu lebih kurang 4 jam kendaraan mobil.
"Di jalan ada masalah, mobil ambulans tersiring, kami meminjam mobil pribadi orang desa. Kondisi istri saya makin parah, kami mampir di Puskesmas Karang Jaya," kata Lika Santosa.
Istrinya sempat ditangani petugas kesehatan di Puskesmas Karang Jaya, lalu langsung dilarikan menggunakan ambulan Puskesmas tersebut.
Nahas, saat tiba di rumah sakit AR Bunda Lubuklinggau setelah diberikan pertolongan dengan berbagai cara, nyawa istrinya dan bayi dalam kandungan tak bisa diselamatkan.
"Pas keluar dari ambulans itu istri saya kumat lagi, tangannya kejang-kejang, matanya menjelit, dibawa masuk ke ruangan IGD AR Bunda, dipasang oksigen, dibantu dengan segala cara, tidak sampai lima menit (meninggal)," cerita Lika Santosa.