TRIBUNWOW.COM - Mantan Wakaden B Biro Paminal Divpropam Polri, AKBP Arif Rachman Arifin membeberkan kejanggalan saat hendak meminta keterangan Putri Candrawathi.
Dilansir TribunWow.com, Arif yang menjadi saksi dalam kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J pada Kamis (22/12/2022), menyinggung soal sikap terdakwa Ferdy Sambo.
Menurut Arif, Ferdy Sambo memotong perkataan istrinya dan justru lebih banyak bicara soal kasus rudapaksa dan membuatnya menjadi skenario.
Baca juga: Pesan Ferdy Sambo untuk Pihak yang Tak Percaya PC Dirudapaksa: Semoga Tak Terjadi pada Istrinya
Arif mengatakan peristiwa itu terjadi saat dirinya diminta datang ke rumah pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling, Jakarta Selatan pada Sabtu (9/7/2022), sehari setelah kematian Brigadir J.
Saat hendak mendengar keterangan dari Putri, Ferdy Sambo mendadak memotong dan justru menjadi orang yang memberi kesaksian.
Ferdy Sambo bahkan menyuruh Arif untuk mencatat kronologi berdasar keterangannya alih-alih Putri.
"Kronologisnya sebetulnya ibu (Putri Candrawathi) mau cerita di Magelang tapi dipotong oleh Pak Ferdy Sambo, 'Tidak usah kejadiannya di Duren Tiga saja'," terang Arif dikutip Tribunnews.com.
Baca juga: Ahli Ragukan soal Pelecehan pada PC, Ferdy Sambo Bantah: Tak Mungkin Saya Bohong, Itu terkait Istri
"Lebih banyak yang menceritakan Pak Ferdy Sambo. Datang ke Duren Tiga ibu dan rombongan ibu langsung ke kamar kemudian mandi dan ganti baju ke belakang."
"Lalu setelah rebahan tahu-tahu Yosua meraba-raba ibu. Kemudian ibu teriak memanggil nama Ricky dan Richard, Yosua keluar dan ibu sudah mendengar tembak-tembakan," lanjutnya menirukan perkataan Ferdy Sambo.
Arif mengaku tak bisa melihat jelas ekspresi Putri yang terus menunduk ketika suaminya bicara.
"Ibu Putri lebih banyak menunduk jadi saya tidak bisa lihat mukanya. Tidak berkomentar apa-apa," ungkap Arif.
Hakim sempat menanyai Arif terkait posisinya sebagai penyidik yang justru mencatat kesaksian bukan dari korban langsung.
"Saudara yang kemudian mencatat karena Ferdy Sambo mengatakan PC tidak bisa diajak komunikasi dan untuk menulis. Bahkan kemudian Ferdy Sambo yang menceritakan kejadian itu. Lazim gak itu?," tanya Hakim dikutip Tribunnews.com.
"Karena saya melihatnya ibu Putri waktu itu menangis," dalih Arif.
Kembali bersikeras, hakim mengulang pertanyaannya dan mendesak Arif memberi jawaban yang jelas.
"Saya bertanya lazim tidak kok orang yang jadi korban kok orang lain yang cerita?," ulang hakim.
"Saya lihatnya suaminya yang mulia," jawab Arif.
"Pertanyaannya lazim atau tidak? Bisa seperti itu?" cecar Hakim.
"Kalau dibantu biasanya orang sakit," kata Arif.
"Di situ saya belum lihat kejanggalan," tandasnya.
Baca juga: Saksi Ahli Ungkap Alasan Keterangan Putri Candrawathi Layak Dipercaya soal Dirudapaksa Brigadir J
Bukti Putri Candrawathi Tak Dirudapaksa Brigadir J
Aktivis Jaringan pembela hak Perempuan korban Kekerasan Seksual Ratna Batara Munti, buka suara terkait dugaan rudapaksa yang dialami Putri Candrawathi.
Dilansir TribunWow.com, ia menilai terlalu banyak kejanggalan yang terungkap dalam tudingannya terhadap mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Utamanya saat kejadian istri Ferdy Sambo memanggil Brigadir J untuk kembali ke dalam kamar.
Baca juga: Ngeri Lihat Hasil Tes Kebohongan Putri Candrawathi, Pakar: Keterangannya Hampir Tidak Ada yang Benar
Sebagaimana diketahui, Putri mengaku dirudapaksa dan mengalami kekerasan saat di Magelang, Jawa Tengah, sehari sebelum kematian Brigadir J, Kamis (7/7/2022).
Namun, sikap maupun pengakuan Putri atas kronologi kejadian rudapaksa tersebut dinilai janggal oleh Ratna.
Membandingkan dengan para korban pelecehan maupun perkosaan yang selama ini didampinginya, Ratna menilai sikap Putri tidak mencerminkan seorang penyintas pada umumnya.
"Dia agak janggal, dia banyak kejanggalan," kata Ratna Batara Munti dikutip kanal YouTube KOMPASTV, Kamis (15/12/2022).
"Dia tidak mencerminkan korban yang selama ini kita dampingi, umumnya, lazimnya seorang korban."
Hal utama yang membuat Ratna yakin bahwa Putri bukanlah korban adalah ketika ia masih mencari Brigadir J setelah rudapaksa disebutkan sudah terjadi.
Ia bahkan mengutus ajudan lain, Ricky Rizal (Bripka RR) untuk memanggil Brigadir J kemudian bicara empat mata dengan mendiang di dalam kamar.
"Pertama dibanting 3 kali, diperkosa, yang kita tahu perkosaan itu berat ya buat perempuan," ujar Ratna.
"Tapi kenapa dia masih cari-cari di mana Yosua, 'Tolong ya RR (Ricky Rizal) cari Yosua, panggil ke sini', dipanggil, bertemu."
Baca juga: Kejanggalan Sikap Putri Candrawathi Mentahkan Isu Pelecehan, Reza Indragiri: Brigadir J Bukan Pelaku
Menurut Ratna, mustahil seorang korban pelecehan atau rudapaksa bersedia bertemu dengan pelaku.
Apalagi selang belum lama setelah aksi bejat tersebut dilakukan.
"Pengalaman saya, itu (cerita Putri Candrawathi klaim diperkosa Yosua) tidak lazim,” ujar Ratna.
"Jangankan untuk ketemu sama pelakunya ya, menceritakan situasinya itu masih menggigil, masih patah-patah."
Menurut Ratna, ia selama ini melindungi korban dengan menolak diadakannya pertemuan dengan pelaku.
Hal ini dikarenakan trauma mendalam yang biasanya dialami para korban jika bertemu pelaku.
Sehingga, keinginan Putri untuk bertemu Brigadir J setelah rudapaksa terjadi begitu janggal di mata Ratna.
"Kita selalu menolak konfrontasi antara pelaku-korban yang biasa dilakukan oleh penyidik. Nah, ini inisiatif korban sendiri untuk ketemu, untuk apa? Itu artinya enggak lazim," ucap Ratna.
Selain itu, ia menyangsikan aksi rudapaksa tersebut bisa dilakukan di rumah Putri sendiri yang notabene adalah istri jenderal bintang dua.
Mengingat di rumah tersebut juga ditinggali dengan ajudan lain beserta dua ART, Susi, dan Kuat Maruf.
Belum lagi ia mempertanyakan nyali Brigadir J untuk melakukan rudapaksa, padahal pangkatnya begitu jauh jika dibandingkan Ferdy Sambo.
"Seberapa beraninya sih seorang Yosua dengan pangkatnya melakukan itu," tandas Ratna.(TribunWow.com/Via)