Pihak Rusia menuduh pasukan keamanan Ukraina dan batalion nasionalis Azov berencana meledakkan reaktor di Pusat Penelitian Nasional Institut Fisika dan Teknologi Kharkov.
Sementara, Angkatan Bersenjata Rusian akan dituduh meluncurkan proyektil di reaktor nuklir eksperimental.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, pihak kementerian pertahanan Rusia menyampaikan tudingan konspirasi tersebut.
"Pasukan Keamanan Ukraina bersama dengan militan dari batalion Azov sedang merencanakan provokasi dengan kemungkinan kontaminasi radioaktif di daerah dekat kota Kharkov," bunyi pernyataan tersebut.
"Nasionalis meletakkan peledak reaktor di sistem nuklir eksperimental yang terletak di [Pusat Penelitian Nasional] Kharkov Institut Fisika dan Teknologi."
"Militer Ukraina dan gerilyawan batalion Azov berencana meledakkan reaktor dan menuduh Angkatan Bersenjata Rusia meluncurkan serangan rudal pada sistem nuklir eksperimental."
Baca juga: 5 Kemungkinan yang Bakal Terjadi terkait Invasi Rusia di Ukraina, Perang Bisa Berakhir?
China Dituding Berkonspirasi dengan Rusia
China membantah kabar bahwa pihaknya mengetahui soal rencana invasi Rusia ke Ukraina.
Apalagi terkait kabar China meminta serangan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut ditunda hingga Olimpiade Musim Dingin selesai.
Namun sejumlah sumber menuding China memiliki sejumlah informasi rahasia mengenai invasi tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Sabtu (5/3/2022), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, memberikan keterangan.
Ia merujuk pada artikel yang diunggah New York Times, berisi klaim bahwa China sudah mengetahui rencana Rusia sejak awal.
"Retorika semacam ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian dan kesalahan, dengan cara yang benar-benar tercela," kata Wang Wenbin.
Di sisi lain, Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022), empat hari setelah Olimpiade China tersebut berakhir.
Baca juga: Puji Kesetiaan China, Rusia Ungkap Masa Depan Hubungan dengan Negara-negara Barat
Sementara pada Senin (21/2/2022), tepat saat Olimpiade itu selesai, Putin mengakui kemerdekaan wilayah Donbas yang dikuasai separatis di Ukraina timur.