Sampai 18 Maret, invasi itu sedikit mengubah hidupnya meskipun Rusia telah menduduki desa sepi Dovzhyk, dekat kota Kharkiv, di mana dia tinggal bersama dua saudara laki-laki dan perempuannya, Iryna.
Tetapi ketika konvoi musuh dibom, penjajah secara brutal memburu mereka yang bertanggung jawab dan menyerbu rumah mereka.
Menurut Mykola, ketiga bersaudara itu dipaksa berlutut di kebun mereka, sementara pasukan menghancurkan barang-barang mereka untuk mencari bukti keterlibatan mereka.
Ketika mereka menemukan medali kakek mereka dan tas militer milik Yevhen yang berusia 30 tahun, yang pernah menjadi penerjun payung, nasib mereka diputuskan.
Setelah disiksa selama tiga hari di ruang bawah tanah, tiga bersaudara itu ditutup matanya dan dibawa ke hutan.
Saat Mykola turun dari kendaraan militer, dia menyadari ketiganya akan dieksekusi.
"Saya beruntung dan sekarang saya harus terus hidup," ujar Mykola.
"Kisah ini perlu didengar oleh semua orang, tidak hanya di Ukraina, tetapi di seluruh dunia karena hal-hal seperti ini sedang terjadi dan ini hanya satu dari satu miliar."
Jaksa daerah kini telah membuka penyelidikan atas apa yang terjadi pada keluarga tersebut.
Kisah mengerikan Mykola hanyalah satu dari ratusan yang muncul setelah hampir tiga bulan perang di Ukraina.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengirim tim ahli 'terbesar yang pernah ada' ke negara itu untuk menyelidiki dugaan kejahatan perang.
Baca juga: Tentara Rusia Pertama yang Diadili atas Kejahatan Perang Akui Bersalah: Saya Diperintahkan Menembak
Baca juga: Bukti Tak Terbantahkan Kekejaman Tentara Rusia di Bucha, Kejahatan Perang di Ukraina Terekam Kamera
Kesaksian Petugas Pengumpul Mayat di Bucha
Serhij Matuyk, seorang pengumpul jenazah di kota Bucha, Ukraina, melukiskan kondisi mengenaskan dari mayat yang ditemukannya.
Sambil mengutuk Rusia, Serhij Matuyk mengaku melihat langsung sisa kekejaman pasukan Presiden Vladimir Putin itu.
Ia mengaku telah mengangkut puluhan bahkan ratusan mayat yang kondisinya belum pernah disaksikan sebelumnya.